1.
Pendahuluan
Dalam filsafat alam ini, penulis
ingin lebih dalam mempelajari mengenai pembahasan seputar evolusi alam, karena
dalam teori evolusi ini masih sangat menarik untuk dibahas sampai sekarang ini,
apakah peristiwa evolusi benar-benar terjadi di dunia ini. Darwin dikatakan
sebagai bapak evolusi dalam dunia ilmu pengetahuan, ia berpendapat bahwa nenek
moyang manusia adalah kera. Akibat pendapatnya ini Darwin menerima banyak
kritik dari beberapa orang yang tidak menerima teorinya tentang evolusi, karena
teorinya yang mengatakan bahwa manusia
ini adalah evolusi dari seekor kera bertolak dengan ajaran-ajaran agama
termasuk Islam, dalam agama sudah begitu jelas bahwa asal muasal dari manusia
adalah Adam.
Perlu untuk diketahui ternyata tidak
hanya Darwin yang menyuarakan teori evolusi, bahkan dalam dunia Islam sendiri
ada seorang tokoh yang tidak asing lagi di telinga para pemikir Islam, yakni
Jalaluddin Rumi yang juga menyuarakan teori tersebut. Dari sini timbullah
sebuah pertanyaan apakah ada kesamaan antara teori evolusi yang dikemukakan
oleh Darwin dan Rumi. Dari pertanyaan ini, maka pembahasan mengenai teori
evolusi ini menjadi lebih sistematis alurnya.
2.
Teori Evolusi
Evolusi[1]
berarti perkembangan, dalam dunia filsafat dan pemahaman masyarakat pada
umumnya evolusi diartikan sebagai perubahan dari suatu keadaan kepada keadaan
yang lain dan menjadi lebih baik dari keadaan sebelumnya dengan cara
perlahan-lahan[2].
Teori evolusi menurut Jean Lamarck, Evolusi organik
terjadi karena perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pengaruh lingkungannya
dapat diturunkan.Organ yang mengalami perubahan karena terus menerus dipakai
akan berkembang makin sempurna dan organ yang tidak diperlukan lagi lama
kelamaan perkembangannya menurun dan akhirnya rudiment atau atrofi. Teori
Lamarck disanggah Weismann. menurut Charles Darwin berpendapat bahwa, Spesies
yang ada sekarang adalah keturunan dari spesies-spesies sebelumnya. Seleksi
alam sangat menentukan berlangsungnya mekanisme evolusi.Seleksi alam merupakan
gagasan murni dari Darwin. Sementara teori pertama di atas telah ada sejak jama
Yunani kuno, hanya saja Darwin menjelaskannya secara lebih tajam dan detail.[3]
3.
Teori Evolusi Rumi
[4]Menurut
rumu yang menjadi motif Tuhanmenciptakan alam adalah cinta, alam dicipta atas
dorongan cinta, dank arena itu, cinta Tuhanmeresap ke dalam seluruh bagian
alam, bahkan seluruh partikel-pertikelnya. Dia juga berpedapat bahwa cinta
(Isyq) telah menjadi daya fundamental alam yang kreatif, dan telah
“menghidupkan” dan “mengatifkan” alam sehingga memiliki sifat-sifat kehidupan
dan kecerdasan.
Pandagngan
Rumi atas evolusi adalah hal yang beranjak dari tingkat yang rendah ke tingkat
yang lebih tinggi. Menurutnya mula-mula manusia lahir pada tingkat benda,
kemudian pada tingkat tumbuhan, hewan , dan akhirnya pada tingkat manusia,
namun manusia pun tak mengingat dirinya pada tingkat-tingakat sebelumnya.[5]
Perbandingan
antara Rumi dengan Darwin agaknya saling memberikan sumbanga terhadapt teori
evolusi Rumi, ketka evolusi Rumi masih berupa intuitif-intuitif, berkat
Observasi Darwin teori Rumi yang sebelumnya hanya berupa intuitif maka
terbuktilah dan menjadi kuat teori evolusi itu[6].
4.
Teori Evolusi Darwin
Teori biologis yang dikemukakan oleh
Darwin memadukan tiga konsep, yaitu spesies, adaptasi, dan evolusi itu
sendiri,. Darwin menerangkan bahwa The
Origin of Spesies adalah pemikiran yang berhasil menantang pandangan mendua
mengenai asal-usul makhluk hidup, dan menggantikannya dengan prinsip penciptaa tunggal yang dapat diektahui secara pasti,
yaitu reproduksi. Ketika Darwin memasuki Cambridge pada tahun 1827 dengan
maksud menjadi pendeta Anglikan, paley menyodorkan pendapat resmi dari gereja
dan karya-karya itulah yang “nyaris dihafalkan diluar kepala” oleh Darwin.
Tidak
diragukan lagi bahwa pendalaman teologi Cambridge tersebut bermanfaat bagi
Darwin. Adaptasi tumbuhan dan hewan pada kondisi hidupnya merupakan fenomena
nyata yang diterangkan oleh teori evolusi biologis. Kemudian yang menjadi gagasan
pokok dalam eori evolusi adlah bahwa tatanan dunia selalu mengalir. Dari
gagasan ini muncul banyak asumsi yang menyatakan bahwa perubahan tatanan materi
adlah teratur dan diatur oleh hokum-hukum tertentu. Hokum-hukum ini menerangkan
bahwa huungan yang berubah-ubah di antara benda-benda pada selang waktu yang
diketahui berlaku dengan kekuatan yang sma untuk rentang waktu yang tidak
dialami seecara langsung. Dengan diketahuinya penyebab perubahan, pada
prinsipnnya sudah memungkinkan untuk menerangkan bagaimana dulu dunia berubah
menjadi sebagaiman adaya sekarang ini. Inilah prinsip keseragaman, yang
diperkenalkan secara bertahap sebagau suatu prinsi dogmatis dalam geologi
selama abad ke 18, dan inilah dasar-dasar semua teori evolusi ilmiah, baik evolusi
kerak bumi, evolusi makhluk hidup, maupun evolusi alam semesta.[7]
Daftar
Pustaka
Hamzah Ya’qub, Filsafat Agama; Titik Temu Akal dan Wahyu. Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 1992
Howard
, Jonathan (ed), Darwin; Pencetus teori
evolusi, penerjemah, Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti,
1991
Mulyadi
Kartanegara, Mengislamkan Nalar; Sebuah respons Terhadap Modernitas.
Jakarta:Erlangga, 2007
________________, Pengertian
& Arti Definisi Evolusi,
diakses dari http://evolusidieta.blogspot.com/2011/05/pengertian-arti-definisi-evolusi-serta.html, pada tanggal 18 Juni 2012
[1] Dalam KBBI, dijelaskan evo·lu·si /évolusi/ n perubahan
(pertumbuhan, perkembangan) secara berangsur-angsur dan perlahan-lahan (sedikit
demi sedikit);
[2] Hamzah Ya’qub, Filsafat Agama; Titik Temu Akal dan Wahyu, (Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 1992), h. 75
[3]
________________, Pengertian
& Arti Definisi Evolusi, diakses dari http://evolusidieta.blogspot.com/2011/05/pengertian-arti-definisi-evolusi-serta.html,
pada tanggal 18 Juni 2012
[4]
Mulyadi Kartanegara, Mengislamkan Nalar;
Sebuah Respons Terhadap Modernitas (Jakarta:Erlangga, 2007), h. 139
[5]
Mulyadi Kartanegara, Mengislamkan Nalar,
h. 142-143
[6] Mulyadi Kartanegara, Mengislamkan Nalar,
h. 146
[7]
Jonathan Howard (ed), Darwin; Pencetus
teori evolusi, penerjemah, Hadyana Pudjaatmaka (Jakarta: Pustaka Utama
Grafiti, 1991), h. 15-24
0 komentar:
Posting Komentar