A. Pendahuluan
Pada pertemuan
minggu lalu telah dipaparkan mengenai beberapa pembaharuan-pembaharuan yang ada
di Turki beserta dengan tokoh pembaharunya, yang kami rasa sudah begitu jelas
bagaimana keadaan Turki waktu itu. Seperti Turki Usmani, Usmani muda dan Turki
Muda yang banyak memberikan sumbangan pemikiran berikut ide-ide modern yang
mereka berikan untuk kemajuan Turki dan Islam. Walaupun didalamnya juga
diwarnai dengan konflik-konflik atau kontroversi yang ditimbulkan oleh pemikiran
baru mereka. Pada pertemuan kali ini kita masih pada pembahasan mengenai
pemikiran modern Islam di Turki. Berdasarkan silabus yang diberikan, pada kali
ini kita terbatas pada tiga alira pembaharuan, Mustafa Kemal perjuangan menuju
sekularisme dan Turki pasca Mustafa Kemal.
B. Tiga Aliran Pembaharuan
Tiga aliran
pembaharuan yang dimaksud disini adalah Westernisasi, Islamisme dan
Nasionalisme[1],
melihat sejarah Turki dulunya merupakan kerajaan Ustmani yang wilayahnya cukup
luas dan besar, meliputi sebagian Eropa, Timur Tengah dan sebagian Afrika.
Namun akibat para penguasanya yang kurang memperhatikan dan memperdulikan masa
depan rakyatnya yang statis dan tradisional, yang berujung pada kemunduran
kerajaan Utsmani, khususnya kemudnduran dalam bidang pengetahuan dan teknologi
ditambah dengan kekalahan dalam
peperangan di abad ketujuh belas.[2]
Sisi positif dari
kelalaian dari para penguasanya tersebut membuat rakyat dan para penguasa serta
pemimpin lainnya sadar untuk mengejar ketinggalan-ketinggalan dengan orang Barat
dan untuk itulah diadakan pembaharuan-pembaharuan. Sama halnya dengan
pembaharuan di Mesir, yang dipelopori oleh raja. Di kerajaan utsmani pun raja
lah yang menjadi pelopor pembaharunya, yakni Sultan Mahmud II[3]. Pada
pertemuan minggu kemarin mengenai pembaharuan yang ada di Turki, bisa dilihat bahwa terdapat tiga
golongan pembaharuan. Pertama, golongan Westernisasi yang menginginkan
untuk mengambil peradaban Barat sebagai dasar pembaharuannya. Kedua. Golongan
Islamisasi, yang menjadi dasar
pembaharuan itu seharusnya adalah Islam.
Dari pertentangan kedua golongan ini, menimbulkan kelompok baru yakni
nasioanalisme Turki, yang tidak menginginkan Barat atau Islam yang dijadikan
dasar pembaharuan, tetapi Nasionalisme Turki.[4]
Pemimpin dari
golongan Westernisasi adalah: Sultan Ahmad III (1703), Ibrahim Mutafarrika,
Mustafa Rasyid Pasya, Sultan Mahmud II, Mahmed Sadik Rif’at, Sultan Abdul
Madjid, Ali Pasya dan Fuad Pasya, untuk golongan Islamisasi antara lain: Ziya
Pasya, Namik Kemal Pasya, Midat Pasya, Ahmad Riza, Mehmed Murad dan sahabuddin.
Terakhir dari golongan nasionalisme antara lain: Yusuf Akruca, Zia Gokalp, dan
Mustafa Kemal yang menjadi jalan keluar dari kegagalan Westernisasi dan Islamisasi.[5]
Turki karena
dulunya adalah sebuah kerajaan Islam yang cukup besar, yang wilayah kekuasaanya tidak hanya ada di Turki,
melainkan mencakup daerah-daerah Arab sebelah
Timur dan daerah-daerah Eropa Timur di sebelah Barat, dan mempunyai
rakyat yang terdiri atas berbagai bangsa menganut berbagai agama pula. Oleh
sebab itu agamalah yang menjadi kriteria untuk membedakan rakyat yang beraneka
ragam bangsa itu. Rakyat dikelompokkan menurut agamanya masing-masing, istilah
yang digunakan untuk membedakan ialah millet.[6]
jadi, rakyat dibagi kedalam millet Islam, millet Kristen, dan
millet yahudi, dan sebagainya. Sehingga rakyat tidak menyadari akan
adanya perbedaan bangsa antara mereka, karena mereka memeluk agama yang sama,
oleh karena itu mereka termasuk dalam millet yang sama.[7]
Namun pada akhir abad
ke-18 perasaan nasioanalisme sudah mulai mempengaruhi bangsa-bangsa Eropa Timur
yang berada dibawah kekuasaan Kerajaan Utsmani, dan pada abad berikutnya mereka
mulai bergerak untuk memperoleh kemerdekaan masing-masing. Untuk menghalangi
bangsa eropa untuk memperoleh merdeka dan guna mempertahankan keutuhan kerajaan
Utsmani, sehingga muncullah Ustmani Muda melahirkan ide Usmanisme. Dengan dalih
betul orang Barat di Eropa Timur dan Turki berbeda dalam agama dan bangsa, namun keduannya adalah rakyat dari satu
Negara, dan di dalam parlemen yang mereka rencanakan semua bangsa yang berada
dibawah kekuasaan kerajaan utsmani akan mempunyai wakil masing-masing, serta
semua rakyat mempunyai kedudukan yang sama. Walaupun ide ini juga dianut
sebagian dari Turki Muda, tetapi yang menjadi permasalahan ide ini tidak sampai
ke Eropa Timur dan sebagian dari mereka sudah memperoleh kemerdekaannya artinya
mereka sudah memerdekakan diri dari Kerajaan Utsmani. Akhirnya ide Usmanisme
pun hancur.[8]
Setelah ide
usmanisme lenyap, sebagai gantinya timbul ide baru, yakni dengan mengangkat Islam
sebagai dasarnya, lebih tepatnya ide tentang Islamisme. Dengan menggunakan
dalih bahwa semua rakyat yang beragama Islam, Turki, Arab dan lain-lain di
bawah kekuasaan Kerajaan Utsmani merupakan satu nasionalitas. Tetapi patut
untuk disayangkan ide ini pun tak berhasil untuk diwujudkan karena dunia Arab pun menentang, artinya
mereka juga ingin memperoleh kemerdekaan mereka sendiri, akhirnya pada abad
ke-20 sebagian dunia Arab dapat memperoleh kemerdekaan dan sebagian lainnya
jatuh pada kekuasaan Inggris, Prancis dan Italia.[9]
Sebagai reaksi
terhadap kedua ide yang telah gagal timbul ide Pan-Turanisme atau Pan-Turkisme.
Semua orang Turki, baik yang ada di kerajaaan Utsmani, maupun yang berada di
bawah kekuasaan Rusia di Kazan, Krimea dan Azarbaijan merupakan satu bangsa. Artinya
ide ini memang ditujukan kepada orang Turki, ide ini tidak lagi melihat agama
sebagai pembedanya melainkan menggunakan Turki (orang Turki) baik yang tinggal
di dalam kekuasaan Utsmani atau di luar kekuasaan Utsmani. Ide ini dikeluarkan
oleh Yusuf Akcura (1876-1933). Sebagai orang yang pernah masuk dalam dunia
kemiliteran dan orang yang pernah belajar ilmu politik di Prancis, tentunya ia
menyadari bahwa dalam Kerajaan Usmani terdapat tiga unsur yang mempunyai
kepentingan yang berlainan dan bahkan mereka bertentangan, yakni rakyat Turki,
rakyat Islam dan rakyat bukan Islam. Sehingga ia menganjurkan untuk persatuan
semua orang Turki baik yang ada di dalam kerajaan Utsmani maupun yang ada
luarnya. Menurutnya persatuan ini akan kuat sekali karena di ikat dengan
perasaan satu agama dan satu bangsa. Namun ia juga telah menyadari bahwa
kesadaran nasional dikalangan orang Turki sendiri belum mendalam, dan tentunya
ide seperti ini akan mendapat pertentangan dari Rusia.[10]
Karena dianggap
ide semacam ini tidak praktis serta mendapat pertentangan dari Rusia, maka
timbullah ide nasionalisme[11] Turki.
Bukan lagi Pan-Turkisme, Turkisme yang lingkupnya lebih kecil. Yakni
orang-orang Turki yang hanya ada di dalam Kerajaan Utsmani atau oang-orang
Turiki yang tinggal di dalamya mereka adalah satu nasionalitas. Orang dibalik
ide ini adalah Zia Gokalp nama aslinya adalah Mehmed Zia, namun ia lebih
dikenal dengan nama Zia Gokalp. Ia pernah menjadi anggota dari perkumpulan
Persatuan dan kemajuan. Yang akhirnya ia ditangkap dan di asingkan ke Diyarbakr. Di tahun 1908, yakni Turki Muda
berhasil dalam usahanya menghidupkan kembali Konstitusi 1876, ia diangkat
menjadi dosen di Diyarbakr dan banyak menulis artikel-artikel. Ia juga
bergabung dalam gerakan Mustafa Kemal dan di tahun 1923 diangkat menjadi
anggota Majlis Nasional Agung.[12]
Kembali kepada
permasalahan pokok yakni tentang tiga aliran pembaharuan; Weternisasi, Islamisasi
dan Nasionalisme. Berbeda dengan tokoh yang kami sebutkan diatas nampaknya
terdapat perbedaan atau mungkin hanya tambahan tokoh dalam mewakili ketiga
golongan ini. Dalam ketiga golongan ini terdapat perbedaan paham dan polemic mengenai pembaharuan yang di gunakan
ke dalam tubuh Kerajaan Ustmani. Sedikit gambaran dari golongan Barat dan Islam.
Dalam golongan Barat pemimpin terkemukanya adalah Tewfik Fikret (1867-1951) dan
Dr. Abdullah Jewdat (1869-1932). Dan golongan Islam, sebagai lawan Barat,
berbeda dengan Barat yang di tokohi oleh perorangan, namun dalam Islam terdiri
atas beberapa kelompok. Diantara beberapa kelompok tersebut ada yang paling
kuat yakni kelompok Sirat-I Mustakim, nama dari majalah merekayang
kemudian di ganti dengan Sibel-ur
resad[13].
dari ketiga golongan ini tentunya mereka mempunyai jalan keluar untuk
membenahi Kerajaan Utsmani antara lain;
1. Beberapa pandangan tentang penyebab kemunduran dan obat yang
ditawarkan dari golongan Barat:
a.
Kelemahan
terletak pada orang Turki sendiri, yang buta, jahil dan dalam keadaan
terbelakang. Tradisi dan Institusi-institusi yang telah ketinggalan zaman.
Untuk itu yang perlu dilakukan adalah mengambil peradaban Barat. Menurut mereka
Barat adalah guru. Sebagai seorang murid kita harus mencintai guru, dan
mencintai guru berarti mencintai ilmu pengetahuan dan kemajuannya. Mereka tidak
mengindahkan agama, mereka tidak berpegang pada Islam yang dianggap sebagai
agama rasional. Tetapi mereka membedakan antara Islam asli dan Islam yang telah
dirusak oleh zaman. Yang mereka tentang
adalah Islam yang sudah dirusak.
b.
Dalam
Negara, begara bagi mereka negara harus bersifat sekuler, dalam artian Negara
harus di pisahkan dari agama sebagaimana yang dilakukan oleh Barat. Tetapi
arena masih terikat dengan ajaran Islam, mereka tidak mempunyai konsep yang
jelas mengenai bagaiman cara memisahkan antara Negara dan agama. Oleh karena
itu mereka hanya menganjurkan sekularisasi diadakan bukan terhadap Negara,
tetapi terhadap masyarakat.
c.
Dalam
institusi keluarga, barat ingin menyetarakan kedudukan wanita dan pria. Mereka
menginginkan supaya kaum wanita diberi status yang sama dengan status kaum
pria.
d.
Dalam
bidang pendidikan, menurut mereka dalam pendidikan harus membawa kebebasa
mimbar, kebebasan berdiskusi, olah raga, pekerjaan tangan, guru harus
mengetahui ilmu jiwa dan social. Dan pendidikan agama harus di bersihkan dan
dalam kurikulum harus dimasukkan logika dan ilmu pengetahuan Modern.
e.
Dalam
bdang ekonomi, mereka menganjurkan untuk menerima sitem ekonomi barat yang bercorak
kapitalisme, liberalism, individualism, dan ide bekerja untuk penumupkkan harta
yang ada didalamnya. Sikap penolakan terhadap perubahan harus dihilangkan.[14]
2. Beberapa pandangan dari golongan Islam;
a.
Kelemahan
bukan disebabkan oleh syari’at, karena agama tidak pernah menjadi penghalang
bagi kemajuan. Sebab kelemahanya adalah karena kerajaan Ustmani tidak
menjalankan keadaan Syari’at. Dan jalan keluarnya adalah membuat syariat
berlaku untuk segala aspek kehidupan rakyat Turki.
b.
Mereka
menolak untuk menyamaratakan status wanita dan pria, karena hal tersebut malah
menurunkan martabat seorang wanita. Ketinggian martabat wanita dapat diperoleh
hanya dengan menjalankan syariat.
c.
Mereka
tidak menolak pemasukan ilmu pengetahuan barat ke dalam madrasah. Melainkan
menentang pembinaan nilai-nilai sekuler dalam pendidikan. Dengan tetap
mempertahankan madrasah tidak akan terjadi dekadensi moral.
d.
Mereka
tidak menolak kalau umat Islam mempelajari dasar-dasar ekonomi modern. Tetapi
mereka menentang paham kapitalisme dan individualism[15].
3. beberpa pandangan dari golongan nasionalisme;
a.
Kelemahan
disebabkan oleh keengganan umat Islam untuk mengakui adanya perubahan dalam
kondisi kehidupan mereka, sebab lainnya adalah hilangnya kebudayaan nasioanal Turki,
karena dikalahkan oleh peradaban Islam. Jalan keluarnya adalah menghilangkan
institusi-institusi tradisioanl usang, yang tidak berfaedah lagi, kemudian
menghidupkan kembali kebudayaan nasioanal yang dijiwai oleh Islam. Golongan ini
juga menolak untuk menggunakan system barat dalam segala hal.
b.
Dalam
urusan negara terdapat permasalahan yang sama, bagaimana memisahkan negara dari
agama. Mereka berpendapat jika negara tidak bisa dipisahkan dari negara, maka
agamalah yang harus dipisahkan dari negara.
c.
Mereka
mengingkan pembaharuan dalam status kaum wanita. Wanita harus di
ikutsertakan dalam pergaulan social dan
kehidupan ekonomi, juga harus diberikan kedudukan yang sama dalam bidang
pendidikan, perceraian, dan warisan. Serta menghapus poligami[16]
d.
Dalam
bidang ekonimi, mereka menolak pendapat golongan Islam mengenai Bunga uang.
Keran bunga uang bukanlah riba. Dengan argument alqur’an tidak melarang (tidak
mengharamkan) penyewaan uang melainkan penjualan uang .
C. Mustafa Kemal Perjuangan Menuju Sekularisme
Sedikit riwayat hidup Mustafa Kemal, ia merupakan pendiri dan
presiden pertama Republik Turki. Lahir pada tahun 1881 di Salonika[17]
yang meninggal ditahun 1938[18].
Bapaknya, Ali Riza Efendi seorang pegawai pabean[19], mdan setelah pension ia menjadi pedagang kayu,
ibunya bernama Zubeyde Hanim. Atas kemauan ibunya ia disekolahkan di sekolahan
rakyat setempat, namun Mustafa kemudian lari dari sekolah itu setelah beberapa
hari ia masuk alasan ia lari karena ia tidak merasa senang belajar disana dan
selalu melawan guru. Akhirnya dipindahkan ke sekolah rakyat Shemsi Efendi, yang
menggunakan metede modern dalam pendidikannya. Tidak lama kemudian bapaknya
meninggal dunia, meninggalkan anaknya, Mustafa, yang baru berusia 7 tahun.
Sehingga ibunya memutuskan untuk pindah ke rumah saudara laki-lakinya dengan
membawa Mustafa Kemal dan adik perempuannya. Ia kemudian di pindahkan orang
tuanya ke sekolah dasar modern di Salonika. Mustafa Kemal tertarik untuk
menjadi tentara setelah ia menyaksikan tentara dan perwira-perwira yang
berpakaian seragam nernaris di dekat rumahnya, dengan penuh perhatian. Untuk
mewujudkan keinginannya tersebut ia berusaha dan berhasil masuk sekolah Militer
Menengah di Salonika. Sebenarnya keinginan ia untuk menjadi mileter bertetangan
dengan kemauan ibunya seorang wanita yang amat dalam perasaan keagamaannya.
Disekolah menengah
ini, ia mendapat tambahan nama Kemal dari gurunya yang juga bernama Mustafa.
Tujuannya adalah untuk membedakan nama guru dan nama muridnya. Dua tahun
kemudian ia masuk Akademi Militer di Manastir. Karena ia lemah dalam bahasa
prancis, secara diam-diam ia memasuki sekolah missi untuk belajar bahasa.
Setelah lulus dari Akademi Militer, ia masuk Perguruan Tinggi Perang di
Istanbul dan lulus pada bulan Januari 1905 dengan pangkat Kapten Staf[20].
Mustafa Kemal muncul sebagai penyelamat kerajaan Ustmani dari
kehancuran total dan bangsa Turki dari penjajahan Eropa, yang pada saat itu Turki
yang mengalami kekalahan peperangan dalam Perang Dunia I yang memihak pada
Jerman. ditambah dengan Kabinet Turki Muda yang mengundurkan diri. Talat Pasya,
Enver pasya dan Jemal Pasya lari dari Eropa. Serta Perdana Menteri baru, Ahmed
Izzet Pasya yang mencari perdamaian dengan pihak yang menang. Sehingga tentara
sekutu masuk dan menduduki bagian-bagian tertentu dari kota Istanbul. Mustafa
Kemal seorang pemimpin Turki baru, ialah pencipta Turki Modern dan atas jasanya
ia mendapat gelar attaturk (bapak Turki).[21]
Usahanya untuk
memperjuangkan sekularisme di Turki, dimulai saat ia masih belajar di Istanbul.
Ia bersama teman-temanya membentuk komite rahasia dan menerbitkan surat kabar
tulisan tangan yang mendukung kritik terhadap pemerintahan sultan. Sesudah ia
keluar dari Perguruan Tinggi di
Istanbul, ia tidak lekas meninggalkan kegiatan politik sehingga akhirnya, ia
bersama sebagian teman-temannya di tangkap dan dimasukan kedalam penjara untuk
beberapa bulan. Kemudian mereka dibebaskan, tetapi merka diasingkan keluar
Istanbul. Ia dan temenya Ali fuad dasngkan ke Syiria. Pada tahun 1906, bersama
pemuka-pemuka yang dibuang disana membentuk perkumpulan vatan (Tanah
Air), karena dianggap di syiria tepatnya di damaskus tempat tidak memungkinkan
untuk berkembangnya Revolusi Turki dikarenakan lokasinya yang jauh dari Istanbul.
Atas usahanya dengan menggunakan alasan cuti, ia pergi ke Salonika kemudian
membentuk cabang dari perkumpulan yang bentuk di Damaskus, dengan namanya di
ubah menjadi Vatan ve Hurriyet (Tanah Air dan Kemerdekaaan). Namu
ditahun 1907 ia dipindahkan di Salonika untuk bekerja sbagai staf umum. Di
Salonika sendiri telah berdiri Perkumpulan Persatuaj dan Kemajuan yang berpusat
di Salonika, dan ia akui perkumpulan ini lebih besar dari perkumpulan yang ia
bentuk. Akhirnya ia memutuskan untuk bergabung di Perkumpulan tersebut.[22]
Didalam
perkumpulan tersebut ia masih belum menunjukkan perannya. Karena tidak dapat
menandingi pemimipin-pemimpi senior seperti Enver, Talat, Jemal dan lain-lain. Pada
kali pertamanya ia mulai menunjukkan eksistensinya yakni di koferensi
Perkumpulan dan Kemajuan. Ia mengeluarkan pendapatnya tentang partai dan
tentara, yang keduanya telah bergabung menjadi satu, menurutnya agar negara dan
konstitusi dapat dipertahankan, diperlukan tentara yang kuat di satu pihak dan
partai yang kuat dipihak lain. Antara partai dan tentara harus di pisahkan.
Namun pendapatnya ini tidak mendapat sambutan dari anggota koferensi.
Karena tidak
setuju dengan politil Enver, Talat dan Jemal, sehingga pada tahun 1913 ia
dibuang ke Sofia bersama temanya Ali Fethi sebagai duta, dan ia menjadi atase
militer. Disinilah ia mulai mengenal peradaban barat yang menarik perhatiannya,
terutama mengenai pemerintahan parlementer. Setelah perang dunia pecah ia
dipanggil kembali untuk menjadi panglima Divisi XIX. Pangkatya dinaikkan
menjadi jendral ditambah dengan gelar Pasya karena keberaniannya dan kecakapan
di daerah Gallipoli. Namun hubungan dengan pemimpin-pemimpin Persatuan dan
Kemajuan, ia juga menyalahkan sikap Enver Pasya yang mengikut sertakan Kerajaan
Usmani kedalam Perang Dunia I, akhirnya memutuskan keluar dari perkumpulan
tersebut.
Bersama
teman-temanya dari pimpinan nasianalis lain,, seperti Ali Fuad, Raud dan Refat,
mereka mulai menentang perintah yang dating dari sultan di Istanbul, karena
perintah itu bertentangan dengan kepentingan Nasional Turki. Karena sultan di
Istanbul sudah di bawah kekuasaan sekutu dan harus mengikuti kehendak mereka. Melihat
permasalahan ini Mustafa dengan teman-temanya harus membentuk pemerintahan
sebagai tandingan di Anatolia. Ia bersama rekan-rekanya mengeluarkan maklumat
yang berisikan pernyataan-pernyataan berikut:
1.
Kemerdekaan
tanah air sedang dalam keadaan bahaya
2.
Pemerintahan
di ibu kota terletak di bawah kekuasaan sekutu dan oleh karena itu tidak dapt
menjalankan tugas.
3.
Rakyat
Turki harus berusaha sendiri untuk membebaskan tanah air dari kekuasaan asing.
4.
Gerakan-gerakan
pembela tanah air yang telah ada harus dikordinir leh suatu panitia pusat.
5.
Untuk
itu perlu diadakn kongres.[23]
Akhirnya berita maklumat ini tersebar sampai ke pemerniahan pusat
di Istanbul. Ia dipanggil untuk dating ke Istanbul dan ia menolaknya, sehingga
ia dipecata dari jabatannya sebagai panglima. Kongres sebagai jawaban terhadap
maklumatnya diadakan pertama kali di Erzurum dan diputuskan untuk membela serta mempertahankan kemerdekaan dan keutuhan
tanah air, dan mengadakan rapat Majelis Nasional dalam waktu singkat. Kongres
kedua diadakan di Sivas dengan keputusan Turki harus bebas dan merdeka dan
selanjutnya membentuk Komite Perwakilan. Mustafa Kemal dipilih untuk menjadi
ketua. Atas usahanya dan teman-temannya dapat dibentuk Majelis Nasional Agunf
pada tahun 1920. Dalam sidang di Angkara, ia dipilih sebagai ketua.
Keputusan-keputusan sidang antara lain;
1.
Kekuasaan
tertinggi di tangan rakyat Turki
2.
Majelis
Nasional Agung merupakan perwakilan rakyat tertinggi
3.
Majelis
Nasional Agung bertugas sebagai badan legislatif dan badan eksekutif.
4.
Majelis
Negara yang anggotanya dipilih dari Majelis Nasional Agung akan menjalankan
tugas pemerintah.
5.
Ketua
Majelis Nasional Agung merangkap sebagai jabatan Ketua Majelis Negara
Demikianlah usaha Mustafa Kemal bersama teman-temanya dari golongan
nasioanalis yang selalu bergerak dan perlahan mereka bisa menguasai situasi.
Sehingga sekutu terpaksa mengakui mereka sebagai penguasa defacto dan dejure di
Turki. Pada tanggal 24 Juli 1923 ditandatanganilah perjanjian Lausanne, dan
pemerintahan Mustafa Kemal mendapat pengakuan Internasional,[24]
dan pada tangal 11 Agustus 1923 Mustafa Kemal dipilih sebagai Presiden dan
Fethi Ali sebagai Perdana Menteri. Dengan ini negara baru Turki berdiri tidak
atas dasar dinasti, kerajaan, maupun agama melainkan atas dasar nation
(bangsa), rakyat dengan ibu kota ditengah-tengah negara Turki, yakni Ankara.[25]
Kemudian usahanya
untuk memperbaiki Turki, Mustafa Kemal mendapat Inspirasi dari para tokoh
Usmani Muda dan Turki Muda yang merupakan produk dari kebijakan reorganisasi
yang dicanangkan oleh Sultan Mahmud II.[26]
Prinsip-prinsip Fundamental dari kemalisme diterangkan oleh Mustafa Kemal dalam
manifestonya yang diumumkna pada tanggal 20 April 1931. Enam prinsip itu
terdiri dari Republikanisme, nasionalisme, populisme, etatisme, sekularisme,
dan revolusionarisme, diambil oleh partai Republik rakyat, dan dimasukkan dalam
konstitusi.[27]
Langkah pertama
yang dilakukan Mustafa Kemal adalah dalam salah satu pidatonya menerangkan
bahwa ia menganjurkan untuk mengadakan perubahan dalam diri sendiri. Bangsa
yang terus menerus bangsa yang berpegang teguh pada pemikiran dan tradisi yang
using tidak akan dapat mempertahankan wujudnya. Masyarakat Turki harus di ubah
menjadi masyarakat yang mempunyai peradaban barat, dan segala kegiatan
reaksioner harus dihancurkan. Di dalam Piagam Nasional tahun 1920 disebutkan
bahwa Turki melepaskan tuntutan territorial terhadap daerah-daerah yang dahulu
terletak di bawah Kekuasaan Kerajaan kecuali daerah yang didalamnya terdapat
mayoritas Turki.karena ide nasionalisme
Mustafa Kemal adalah ide nasionalisme Turki yang terbatas geografinyanya
dan bukan nasionalisme yang luas.[28]
Berikut pembaharuan-pembaharuan Mustafa Kemal;
1.
Terhadap
bentuk negara. negara harus dipisahkan dengan agama.
2.
Pada
sidang majelis nasional agung pada tahun 1922 mustafa Kemal menjelaskan
mengenai jabatan khalifah dan sultan dalam sejarah itu terpisah. (Memisahkan
kedudukan sultan dan khalifah) yang akhirnya berujung kepada penghapusan sultan
dan mempethankan khalifah.
3.
Amandemen
terhadap konstitusi 1921, dengan keputusan Turki adalah negara republic dan
agam negara adalah Islam. Itu artinya Turki belum sepenuhnya negara sekuler
4.
Penghapusan
jabata khalifah pada 3 maret 1924
5.
Karena
dalam konstitusi 1921 yang berisikan bahwa agama negara adalah Islam. Usaha
Mustafa Kemal adalh menghapus artikel 2 dalam konstitusi 1921.
6.
Mengahpus
institusi keagamaan yang ada dalam pemerintahan. Dan pada tahun 1924 biro
syaikh al-Islam dihapuskan berikut kementrian syariat. Hukum syariat dgantikan
dengan hukum swiss, perkawinan dilakukan bukan lagi menurut syariat tetapi
menurut hukum sipil, dan wnaita di beri hak cerai yang sama dengan kaum pria.
Kemudian ditambahkan dengan adanya hukum baru seperti hukum dagang, hukum
pidana,hukum laut dan hukum obligasi[29]
7.
Pada
tahun 1924 dikeluarkan undang-undang penyatuan pendidikan, artinya seluruh
sekolah diletakkan dibawah kemetrian pendidikan. Madrasah ditutup diganti
dengan sekolah-sekoalh yang akan membina imam dan khatib
8.
Pada
tahun 1928 negara tidak ada lagi hubungannya dengan agama. Sembilan tahun
kemudian yakni pada tahun 1937, Turki resmi menjadi sebagai negara sekuler.[30]
D. Turki pasca Mustafa Kemal
Turki pasca
pemerintahan Mustafa Kemal, lebih tepatnya pasca Mustafa Kemal meninggal pada
tahun 1938. Pada awalnya system pemerintahan sekuler yang dibentuk oleh Mustafa
Kemal masih tetap dijalankan oleh pengikutnya, namun karena Islam sudah begitu
mengakar di masyarakat Turki, sehingga tidak bisa di elakkan gerakan-gerakan
kembali kepada agama muncul kembali di Turki.
Usaha mereka pun berhasil itu dibuktikan dengan dimasukannya kembali
pendidikan agama ke dalam kurikulum sekolah-sekolah di tahun 1949. Setahun kemudian
fakultas ilahiyat yang di canangkan oleh Mustafa Kemal di rubah menjadi
institut studi Islam, dan mulai tahun1950 orang-orang Turki diperbolehkan untuk
menunaikan haji ke Mekkah. Serta tarekat yang selama ini tersembunyi sudah
mulai muncul dan berani menonjolkan diri. Begitu juga dengan Islam dalam urusan
partai, Islam kembali masuk ikut serta dalam hal politik.[31]
Kalau dilihat dari
perubahan-perubahan yang dilakukan mustfa Kemal, sebenarnya ia tidak ingin
mengilangkan agama Islam dari masyarakat Turki, sama sekali tidak ada maksud
untuk begitu. Namun ia hanya menghendaki untuk menghilangkan keikutsertaannya
agama dalam hal politik dan pemerintahan. Sepeninggalnya Mustafa Kemal pada
tahun 1938, jabatan Presiden dipegang oleh Ismet Inonu yang hamper menjadi
orang yang diktaktor. Setelah perang berkahir, sebuah partai oposisi, yakni
partai Demokrat, dibolehkan berdiri di bawah kepemimpinan Celal Bayar, matan
Perdana Menteri.
Perubahan-perubahan
yang terjadi pasca Mustafa Kemal diantara lain:
1.
disahkannya
Konstitusi 1961 itu artinya Konstitusi 1921 telah diamandemen.
2.
Hubungan
Internasional, pada dulunya Turki mencurigai negara-negara yang menang perang
dan secara resmi Turki bersahabat dengan Uni soviet.
3.
Pendidikan,
sistem pendidikan sangat terpusat, kurikulum, buku bacaan dan penempatan guru
daitentukan oleh Ankara.
4.
Agama,
Turki tidak mempunyai agama resmi dan Konstitusi menjamin kebebasan beribadah.[32]
E. Penutup
Jika dilihat dari usaha-usaha sekulrisasinya terhadap Turki,
nampaknya Mustafa Kemal telah berhasil mewujudkan Turki sebagi negara sekuler.
Tetapi meskipun begitu, apa yang diciptakan Mustafa Kemal belumlah negara yang
betul-betul sekuler. Karena Mustafa Kemal masih mengurus soal agama. melalui
departemen urusan agama, sekolah-sekolah pemerintah untuk imam dan khatib, dan
menambah Fakultas Ilahiyyat dari Perguruan Tinggi Negara, Universitas Istanbul.
Sebagai seorang nasionalis dan pengagum dari peradaban Barat ia tidaklah
menentang Islam. Karena menurutnya Islam adalah agama yang rasional yang perlu
bagi umat manusia. Tetapi agama rasional itu telah dirusak oleh tangan manusia.
Oleh sebab itu ia melihat perlu diadakannya pembahruan dalam agama.
Ia tidak bermaksud untuk menghilangkan agama. Melainkan ia hanya
tidak ingin golongan ulama ikut serta dalam hal Negara dan politik. Oleh sebab
itu ia menolak jika partai politik berdiri atas dasar agama, baik Islam,
Kristen dan sebagainya.
Daftar Pustaka
Ali , H.A.
Mukti. Islam dan Sekularisme di Turki Modern. Jakarta: Djambatan, 1994
Asmuni, H.M.
Yusran, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam,
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1995
Mughni, Syafiq
A. sejarah Kebudayaan Islam di Turki, Jakarta: Logos 1997
Nasution, Harun. Pembaharuan dalam Islam: Sejarah pemikiran dan
Gerakan, cet 14 Jakarta: Bulan Bintang, 2011
Stoddard, Lothrop.
Dunia Baru Islam (The New World of Islam), Jakarta 1 januari 1966
[1]
H.M. Yusran Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam
Dunia Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1995), h. 29, namun dalam
buku pak Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah pemikiran dan
Gerakan, lebih memilih untuk menggunakan istilah Barat, Islam dan
Nasionalis untuk menjelaskantiga aliran
tersebut.
[2]
H.M. Yusran Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam
Dunia Islam, h. 29
[3]
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah pemikiran dan Gerakan, cet
14 (Jakarta: Bulan Bintang, 2011), h. 81
[4]
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah pemikiran dan Gerakan, h.
119
[5]
H.M. Yusran Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam
Dunia Islam, h. 29
[6]
Millet berasal dari kata Arab millah yang mengandung arti
keyakinan dan agama.
[7] Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam:
Sejarah pemikiran dan Gerakan, h. 119
[8]
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah pemikiran dan Gerakan, h.
120
[9]
Ibid. h. 120
[10]
Ibid, h. 121
[11]
Nasionalisme adalah suatu keadaan Jiwa (a state of mind). Suatu
kepercayaan yang dianut oleh sejumlah besar manusia perorangan, sehingga mereka
membentuk “kebangsaan”, nasionalisme adalah rasa kebersamaan golongan (a sense
of belonging together) sebagai suatu bangsa. Lihat Lothrop Stoddard, Dunia
Baru Islam (The New World of Islam), Jakarta 1 januari 1966, h. 137
[12]
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah pemikiran dan Gerakan, h.
121-122
[13]
Ibid, h. 122-123
[14]
Ibid, h. 124-132
[15]
Ibid, h. 125, 129, 132
[16]
Ibid, h. 125, 127, 130, 133
[17]
H.A. Mukti Ali, Islam dan Sekularisme di Turki Modern (Jakarta:
Djambatan, 1994), h. 72
[18]
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah pemikiran dan Gerakan, h.
145
[19]
pabéan/
n instansi
(jawatan, kantor) yg mengawasi, memungut, dan mengurus bea masuk (impor) dan
bea keluar (ekspor), baik melalui darat, laut, maupun melalui udara; lihat KBBI
[20]
H.A. Mukti Ali, Islam dan Sekularisme di Turki Modern, h. 73
[21]
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah pemikiran dan Gerakan, h.
134
[22]
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah pemikiran dan Gerakan, h.
136
[24]
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah pemikiran dan Gerakan,
h. 138-139
[25]
Syafiq A. Mughni, sejarah Kebudayaan Islam di Turki, (Jakarta: Logos
1997), h. 148
[26]
Ibid. h. 144
[27]
H.A. Mukti Ali, Islam dan Sekularisme di Turki Modern, h 88
[28]
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah pemikiran dan Gerakan,
h. 140
[29]
surat pinjaman dng
bunga tertentu dr pemerintah yg dapat diperjualbelikan lihat KBBI
[30]
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah pemikiran dan Gerakan,
h. 140-145
[31]
Ibid, h. 145-146
[32]
Syafiq
A Mughni, sejarah Kebudayaan Islam di
Turki, (Jakarta: Logos 1997), h. 151, 153, 156, 159, dan 160
0 komentar:
Posting Komentar