Jumat, 07 Juni 2013

Mustafa Kemal



A. Pendahuluan
            Pada pertemuan minggu lalu telah dipaparkan mengenai beberapa pembaharuan-pembaharuan yang ada di Turki beserta dengan tokoh pembaharunya, yang kami rasa sudah begitu jelas bagaimana keadaan Turki waktu itu. Seperti Turki Usmani, Usmani muda dan Turki Muda yang banyak memberikan sumbangan pemikiran berikut ide-ide modern yang mereka berikan untuk kemajuan Turki dan Islam. Walaupun didalamnya juga diwarnai dengan konflik-konflik atau kontroversi yang ditimbulkan oleh pemikiran baru mereka. Pada pertemuan kali ini kita masih pada pembahasan mengenai pemikiran modern Islam di Turki. Berdasarkan silabus yang diberikan, pada kali ini kita terbatas pada tiga alira pembaharuan, Mustafa Kemal perjuangan menuju sekularisme dan Turki pasca Mustafa Kemal.
B. Tiga Aliran Pembaharuan
            Tiga aliran pembaharuan yang dimaksud disini adalah Westernisasi, Islamisme dan Nasionalisme[1], melihat sejarah Turki dulunya merupakan kerajaan Ustmani yang wilayahnya cukup luas dan besar, meliputi sebagian Eropa, Timur Tengah dan sebagian Afrika. Namun akibat para penguasanya yang kurang memperhatikan dan memperdulikan masa depan rakyatnya yang statis dan tradisional, yang berujung pada kemunduran kerajaan Utsmani, khususnya kemudnduran dalam bidang pengetahuan dan teknologi ditambah dengan kekalahan dalam  peperangan di abad ketujuh belas.[2]
            Sisi positif dari kelalaian dari para penguasanya tersebut membuat rakyat dan para penguasa serta pemimpin lainnya sadar untuk mengejar ketinggalan-ketinggalan dengan orang Barat dan untuk itulah diadakan pembaharuan-pembaharuan. Sama halnya dengan pembaharuan di Mesir, yang dipelopori oleh raja. Di kerajaan utsmani pun raja lah yang menjadi pelopor pembaharunya, yakni Sultan Mahmud II[3]. Pada pertemuan minggu kemarin mengenai pembaharuan yang ada di  Turki, bisa dilihat bahwa terdapat tiga golongan pembaharuan. Pertama, golongan Westernisasi yang menginginkan untuk mengambil peradaban Barat sebagai dasar pembaharuannya. Kedua. Golongan Islamisasi, yang menjadi  dasar pembaharuan  itu seharusnya adalah Islam. Dari pertentangan kedua golongan ini, menimbulkan kelompok baru yakni nasioanalisme Turki, yang tidak menginginkan Barat atau Islam yang dijadikan dasar pembaharuan, tetapi Nasionalisme Turki.[4]
            Pemimpin dari golongan Westernisasi adalah: Sultan Ahmad III (1703), Ibrahim Mutafarrika, Mustafa Rasyid Pasya, Sultan Mahmud II, Mahmed Sadik Rif’at, Sultan Abdul Madjid, Ali Pasya dan Fuad Pasya, untuk golongan Islamisasi antara lain: Ziya Pasya, Namik Kemal Pasya, Midat Pasya, Ahmad Riza, Mehmed Murad dan sahabuddin. Terakhir dari golongan nasionalisme antara lain: Yusuf Akruca, Zia Gokalp, dan Mustafa Kemal yang menjadi jalan keluar dari kegagalan Westernisasi dan Islamisasi.[5]
            Turki karena dulunya adalah sebuah kerajaan Islam yang cukup besar, yang  wilayah kekuasaanya tidak hanya ada di Turki, melainkan mencakup daerah-daerah Arab sebelah  Timur dan daerah-daerah Eropa Timur di sebelah Barat, dan mempunyai rakyat yang terdiri atas berbagai bangsa menganut berbagai agama pula. Oleh sebab itu agamalah yang menjadi kriteria untuk membedakan rakyat yang beraneka ragam bangsa itu. Rakyat dikelompokkan menurut agamanya masing-masing, istilah yang digunakan untuk membedakan ialah millet.[6] jadi, rakyat dibagi kedalam millet Islam, millet Kristen, dan millet yahudi, dan sebagainya. Sehingga rakyat tidak menyadari akan adanya perbedaan bangsa antara mereka, karena mereka memeluk agama yang sama, oleh karena itu mereka termasuk dalam millet yang sama.[7]
            Namun pada akhir abad ke-18 perasaan nasioanalisme sudah mulai mempengaruhi bangsa-bangsa Eropa Timur yang berada dibawah kekuasaan Kerajaan Utsmani, dan pada abad berikutnya mereka mulai bergerak untuk memperoleh kemerdekaan masing-masing. Untuk menghalangi bangsa eropa untuk memperoleh merdeka dan guna mempertahankan keutuhan kerajaan Utsmani, sehingga muncullah Ustmani Muda melahirkan ide Usmanisme. Dengan dalih betul orang Barat di Eropa Timur dan Turki berbeda dalam agama dan  bangsa, namun keduannya adalah rakyat dari satu Negara, dan di dalam parlemen yang mereka rencanakan semua bangsa yang berada dibawah kekuasaan kerajaan utsmani akan mempunyai wakil masing-masing, serta semua rakyat mempunyai kedudukan yang sama. Walaupun ide ini juga dianut sebagian dari Turki Muda, tetapi yang menjadi permasalahan ide ini tidak sampai ke Eropa Timur dan sebagian dari mereka sudah memperoleh kemerdekaannya artinya mereka sudah memerdekakan diri dari Kerajaan Utsmani. Akhirnya ide Usmanisme pun hancur.[8]
            Setelah ide usmanisme lenyap, sebagai gantinya timbul ide baru, yakni dengan mengangkat Islam sebagai dasarnya, lebih tepatnya ide tentang Islamisme. Dengan menggunakan dalih bahwa semua rakyat yang beragama Islam, Turki, Arab dan lain-lain di bawah kekuasaan Kerajaan Utsmani merupakan satu nasionalitas. Tetapi patut untuk disayangkan ide ini pun tak berhasil untuk diwujudkan  karena dunia Arab pun menentang, artinya mereka juga ingin memperoleh kemerdekaan mereka sendiri, akhirnya pada abad ke-20 sebagian dunia Arab dapat memperoleh kemerdekaan dan sebagian lainnya jatuh pada kekuasaan Inggris, Prancis dan Italia.[9]
            Sebagai reaksi terhadap kedua ide yang telah gagal timbul ide Pan-Turanisme atau Pan-Turkisme. Semua orang Turki, baik yang ada di kerajaaan Utsmani, maupun yang berada di bawah kekuasaan Rusia di Kazan, Krimea dan Azarbaijan merupakan satu bangsa. Artinya ide ini memang ditujukan kepada orang Turki, ide ini tidak lagi melihat agama sebagai pembedanya melainkan menggunakan Turki (orang Turki) baik yang tinggal di dalam kekuasaan Utsmani atau di luar kekuasaan Utsmani. Ide ini dikeluarkan oleh Yusuf Akcura (1876-1933). Sebagai orang yang pernah masuk dalam dunia kemiliteran dan orang yang pernah belajar ilmu politik di Prancis, tentunya ia menyadari bahwa dalam Kerajaan Usmani terdapat tiga unsur yang mempunyai kepentingan yang berlainan dan bahkan mereka bertentangan, yakni rakyat Turki, rakyat Islam dan rakyat bukan Islam. Sehingga ia menganjurkan untuk persatuan semua orang Turki baik yang ada di dalam kerajaan Utsmani maupun yang ada luarnya. Menurutnya persatuan ini akan kuat sekali karena di ikat dengan perasaan satu agama dan satu bangsa. Namun ia juga telah menyadari bahwa kesadaran nasional dikalangan orang Turki sendiri belum mendalam, dan tentunya ide seperti ini akan mendapat pertentangan dari Rusia.[10]
            Karena dianggap ide semacam ini tidak praktis serta mendapat pertentangan dari Rusia, maka timbullah ide nasionalisme[11] Turki. Bukan lagi Pan-Turkisme, Turkisme yang lingkupnya lebih kecil. Yakni orang-orang Turki yang hanya ada di dalam Kerajaan Utsmani atau oang-orang Turiki yang tinggal di dalamya mereka adalah satu nasionalitas. Orang dibalik ide ini adalah Zia Gokalp nama aslinya adalah Mehmed Zia, namun ia lebih dikenal dengan nama Zia Gokalp. Ia pernah menjadi anggota dari perkumpulan Persatuan dan kemajuan. Yang akhirnya ia ditangkap dan di asingkan  ke Diyarbakr. Di tahun 1908, yakni Turki Muda berhasil dalam usahanya menghidupkan kembali Konstitusi 1876, ia diangkat menjadi dosen di Diyarbakr dan banyak menulis artikel-artikel. Ia juga bergabung dalam gerakan Mustafa Kemal dan di tahun 1923 diangkat menjadi anggota Majlis Nasional Agung.[12]  
            Kembali kepada permasalahan pokok yakni tentang tiga aliran pembaharuan; Weternisasi, Islamisasi dan Nasionalisme. Berbeda dengan tokoh yang kami sebutkan diatas nampaknya terdapat perbedaan atau mungkin hanya tambahan tokoh dalam mewakili ketiga golongan ini. Dalam ketiga golongan ini terdapat perbedaan paham dan  polemic mengenai pembaharuan yang di gunakan ke dalam tubuh Kerajaan Ustmani. Sedikit gambaran dari golongan Barat dan Islam. Dalam golongan Barat pemimpin terkemukanya adalah Tewfik Fikret (1867-1951) dan Dr. Abdullah Jewdat (1869-1932). Dan golongan Islam, sebagai lawan Barat, berbeda dengan Barat yang di tokohi oleh perorangan, namun dalam Islam terdiri atas beberapa kelompok. Diantara beberapa kelompok tersebut ada yang paling kuat yakni kelompok Sirat-I Mustakim, nama dari majalah merekayang kemudian di ganti dengan  Sibel-ur resad[13]. dari ketiga golongan ini tentunya mereka mempunyai jalan keluar untuk membenahi Kerajaan Utsmani antara lain;
1. Beberapa pandangan tentang penyebab kemunduran dan obat yang ditawarkan dari golongan Barat:
a.       Kelemahan terletak pada orang Turki sendiri, yang buta, jahil dan dalam keadaan terbelakang. Tradisi dan Institusi-institusi yang telah ketinggalan zaman. Untuk itu yang perlu dilakukan adalah mengambil peradaban Barat. Menurut mereka Barat adalah guru. Sebagai seorang murid kita harus mencintai guru, dan mencintai guru berarti mencintai ilmu pengetahuan dan kemajuannya. Mereka tidak mengindahkan agama, mereka tidak berpegang pada Islam yang dianggap sebagai agama rasional. Tetapi mereka membedakan antara Islam asli dan Islam yang telah dirusak oleh zaman.  Yang mereka tentang adalah Islam yang sudah dirusak.
b.      Dalam Negara, begara bagi mereka negara harus bersifat sekuler, dalam artian Negara harus di pisahkan dari agama sebagaimana yang dilakukan oleh Barat. Tetapi arena masih terikat dengan ajaran Islam, mereka tidak mempunyai konsep yang jelas mengenai bagaiman cara memisahkan antara Negara dan agama. Oleh karena itu mereka hanya menganjurkan sekularisasi diadakan bukan terhadap Negara, tetapi terhadap masyarakat.
c.       Dalam institusi keluarga, barat ingin menyetarakan kedudukan wanita dan pria. Mereka menginginkan supaya kaum wanita diberi status yang sama dengan status kaum pria.
d.      Dalam bidang pendidikan, menurut mereka dalam pendidikan harus membawa kebebasa mimbar, kebebasan berdiskusi, olah raga, pekerjaan tangan, guru harus mengetahui ilmu jiwa dan social. Dan pendidikan agama harus di bersihkan dan dalam kurikulum harus dimasukkan logika dan ilmu pengetahuan Modern.
e.       Dalam bdang ekonomi, mereka menganjurkan untuk menerima sitem ekonomi barat yang bercorak kapitalisme, liberalism, individualism, dan ide bekerja untuk penumupkkan harta yang ada didalamnya. Sikap penolakan terhadap perubahan harus dihilangkan.[14]
2. Beberapa pandangan dari golongan Islam;
a.       Kelemahan bukan disebabkan oleh syari’at, karena agama tidak pernah menjadi penghalang bagi kemajuan. Sebab kelemahanya adalah karena kerajaan Ustmani tidak menjalankan keadaan Syari’at. Dan jalan keluarnya adalah membuat syariat berlaku untuk segala aspek kehidupan rakyat Turki.
b.      Mereka menolak untuk menyamaratakan status wanita dan pria, karena hal tersebut malah menurunkan martabat seorang wanita. Ketinggian martabat wanita dapat diperoleh hanya dengan menjalankan syariat.
c.       Mereka tidak menolak pemasukan ilmu pengetahuan barat ke dalam madrasah. Melainkan menentang pembinaan nilai-nilai sekuler dalam pendidikan. Dengan tetap mempertahankan madrasah tidak akan terjadi dekadensi moral.
d.      Mereka tidak menolak kalau umat Islam mempelajari dasar-dasar ekonomi modern. Tetapi mereka menentang paham kapitalisme dan individualism[15].
3. beberpa pandangan dari golongan nasionalisme;
a.       Kelemahan disebabkan oleh keengganan umat Islam untuk mengakui adanya perubahan dalam kondisi kehidupan mereka, sebab lainnya adalah hilangnya kebudayaan nasioanal Turki, karena dikalahkan oleh peradaban Islam. Jalan keluarnya adalah menghilangkan institusi-institusi tradisioanl usang, yang tidak berfaedah lagi, kemudian menghidupkan kembali kebudayaan nasioanal yang dijiwai oleh Islam. Golongan ini juga menolak untuk menggunakan system barat dalam segala hal.
b.      Dalam urusan negara terdapat permasalahan yang sama, bagaimana memisahkan negara dari agama. Mereka berpendapat jika negara tidak bisa dipisahkan dari negara, maka agamalah yang harus dipisahkan dari negara.
c.       Mereka mengingkan pembaharuan dalam status kaum wanita. Wanita harus di ikutsertakan  dalam pergaulan social dan kehidupan ekonomi, juga harus diberikan kedudukan yang sama dalam bidang pendidikan, perceraian, dan warisan. Serta menghapus poligami[16]
d.      Dalam bidang ekonimi, mereka menolak pendapat golongan Islam mengenai Bunga uang. Keran bunga uang bukanlah riba. Dengan argument alqur’an tidak melarang (tidak mengharamkan) penyewaan uang melainkan penjualan uang .
C. Mustafa Kemal Perjuangan Menuju Sekularisme
            Sedikit riwayat hidup Mustafa Kemal, ia merupakan pendiri dan presiden pertama Republik Turki. Lahir pada tahun 1881  di Salonika[17] yang meninggal ditahun 1938[18]. Bapaknya, Ali Riza Efendi seorang pegawai pabean[19],   mdan setelah pension ia menjadi pedagang kayu, ibunya bernama Zubeyde Hanim. Atas kemauan ibunya ia disekolahkan di sekolahan rakyat setempat, namun Mustafa kemudian lari dari sekolah itu setelah beberapa hari ia masuk alasan ia lari karena ia tidak merasa senang belajar disana dan selalu melawan guru. Akhirnya dipindahkan ke sekolah rakyat Shemsi Efendi, yang menggunakan metede modern dalam pendidikannya. Tidak lama kemudian bapaknya meninggal dunia, meninggalkan anaknya, Mustafa, yang baru berusia 7 tahun. Sehingga ibunya memutuskan untuk pindah ke rumah saudara laki-lakinya dengan membawa Mustafa Kemal dan adik perempuannya. Ia kemudian di pindahkan orang tuanya ke sekolah dasar modern di Salonika. Mustafa Kemal tertarik untuk menjadi tentara setelah ia menyaksikan tentara dan perwira-perwira yang berpakaian seragam nernaris di dekat rumahnya, dengan penuh perhatian. Untuk mewujudkan keinginannya tersebut ia berusaha dan berhasil masuk sekolah Militer Menengah di Salonika. Sebenarnya keinginan ia untuk menjadi mileter bertetangan dengan kemauan ibunya seorang wanita yang amat dalam perasaan keagamaannya.
            Disekolah menengah ini, ia mendapat tambahan nama Kemal dari gurunya yang juga bernama Mustafa. Tujuannya adalah untuk membedakan nama guru dan nama muridnya. Dua tahun kemudian ia masuk Akademi Militer di Manastir. Karena ia lemah dalam bahasa prancis, secara diam-diam ia memasuki sekolah missi untuk belajar bahasa. Setelah lulus dari Akademi Militer, ia masuk Perguruan Tinggi Perang di Istanbul dan lulus pada bulan Januari 1905 dengan pangkat Kapten Staf[20].
            Mustafa Kemal muncul sebagai penyelamat kerajaan Ustmani dari kehancuran total dan bangsa Turki dari penjajahan Eropa, yang pada saat itu Turki yang mengalami kekalahan peperangan dalam Perang Dunia I yang memihak pada Jerman. ditambah dengan Kabinet Turki Muda yang mengundurkan diri. Talat Pasya, Enver pasya dan Jemal Pasya lari dari Eropa. Serta Perdana Menteri baru, Ahmed Izzet Pasya yang mencari perdamaian dengan pihak yang menang. Sehingga tentara sekutu masuk dan menduduki bagian-bagian tertentu dari kota Istanbul. Mustafa Kemal seorang pemimpin Turki baru, ialah pencipta Turki Modern dan atas jasanya ia mendapat gelar attaturk (bapak Turki).[21]
            Usahanya untuk memperjuangkan sekularisme di Turki, dimulai saat ia masih belajar di Istanbul. Ia bersama teman-temanya membentuk komite rahasia dan menerbitkan surat kabar tulisan tangan yang mendukung kritik terhadap pemerintahan sultan. Sesudah ia keluar dari Perguruan Tinggi  di Istanbul, ia tidak lekas meninggalkan kegiatan politik sehingga akhirnya, ia bersama sebagian teman-temannya di tangkap dan dimasukan kedalam penjara untuk beberapa bulan. Kemudian mereka dibebaskan, tetapi merka diasingkan keluar Istanbul. Ia dan temenya Ali fuad dasngkan ke Syiria. Pada tahun 1906, bersama pemuka-pemuka yang dibuang disana membentuk perkumpulan vatan (Tanah Air), karena dianggap di syiria tepatnya di damaskus tempat tidak memungkinkan untuk berkembangnya Revolusi Turki dikarenakan lokasinya yang jauh dari Istanbul. Atas usahanya dengan menggunakan alasan cuti, ia pergi ke Salonika kemudian membentuk cabang dari perkumpulan yang bentuk di Damaskus, dengan namanya di ubah menjadi Vatan ve Hurriyet (Tanah Air dan Kemerdekaaan). Namu ditahun 1907 ia dipindahkan di Salonika untuk bekerja sbagai staf umum. Di Salonika sendiri telah berdiri Perkumpulan Persatuaj dan Kemajuan yang berpusat di Salonika, dan ia akui perkumpulan ini lebih besar dari perkumpulan yang ia bentuk. Akhirnya ia memutuskan untuk bergabung di Perkumpulan tersebut.[22]
            Didalam perkumpulan tersebut ia masih belum menunjukkan perannya. Karena tidak dapat menandingi pemimipin-pemimpi senior seperti Enver, Talat, Jemal dan lain-lain. Pada kali pertamanya ia mulai menunjukkan eksistensinya yakni di koferensi Perkumpulan dan Kemajuan. Ia mengeluarkan pendapatnya tentang partai dan tentara, yang keduanya telah bergabung menjadi satu, menurutnya agar negara dan konstitusi dapat dipertahankan, diperlukan tentara yang kuat di satu pihak dan partai yang kuat dipihak lain. Antara partai dan tentara harus di pisahkan. Namun pendapatnya ini tidak mendapat sambutan dari anggota koferensi.
            Karena tidak setuju dengan politil Enver, Talat dan Jemal, sehingga pada tahun 1913 ia dibuang ke Sofia bersama temanya Ali Fethi sebagai duta, dan ia menjadi atase militer. Disinilah ia mulai mengenal peradaban barat yang menarik perhatiannya, terutama mengenai pemerintahan parlementer. Setelah perang dunia pecah ia dipanggil kembali untuk menjadi panglima Divisi XIX. Pangkatya dinaikkan menjadi jendral ditambah dengan gelar Pasya karena keberaniannya dan kecakapan di daerah Gallipoli. Namun hubungan dengan pemimpin-pemimpin Persatuan dan Kemajuan, ia juga menyalahkan sikap Enver Pasya yang mengikut sertakan Kerajaan Usmani kedalam Perang Dunia I, akhirnya memutuskan keluar dari perkumpulan tersebut.
            Bersama teman-temanya dari pimpinan nasianalis lain,, seperti Ali Fuad, Raud dan Refat, mereka mulai menentang perintah yang dating dari sultan di Istanbul, karena perintah itu bertentangan dengan kepentingan Nasional Turki. Karena sultan di Istanbul sudah di bawah kekuasaan sekutu dan harus mengikuti kehendak mereka. Melihat permasalahan ini Mustafa dengan teman-temanya harus membentuk pemerintahan sebagai tandingan di Anatolia. Ia bersama rekan-rekanya mengeluarkan maklumat yang berisikan pernyataan-pernyataan berikut:
1.      Kemerdekaan tanah air sedang dalam keadaan bahaya
2.      Pemerintahan di ibu kota terletak di bawah kekuasaan sekutu dan oleh karena itu tidak dapt menjalankan tugas.
3.      Rakyat Turki harus berusaha sendiri untuk membebaskan tanah air dari kekuasaan asing.
4.      Gerakan-gerakan pembela tanah air yang telah ada harus dikordinir leh suatu panitia pusat.
5.      Untuk itu perlu diadakn kongres.[23]
Akhirnya berita maklumat ini tersebar sampai ke pemerniahan pusat di Istanbul. Ia dipanggil untuk dating ke Istanbul dan ia menolaknya, sehingga ia dipecata dari jabatannya sebagai panglima. Kongres sebagai jawaban terhadap maklumatnya diadakan pertama kali di Erzurum dan diputuskan untuk membela  serta mempertahankan kemerdekaan dan keutuhan tanah air, dan mengadakan rapat Majelis Nasional dalam waktu singkat. Kongres kedua diadakan di Sivas dengan keputusan Turki harus bebas dan merdeka dan selanjutnya membentuk Komite Perwakilan. Mustafa Kemal dipilih untuk menjadi ketua. Atas usahanya dan teman-temannya dapat dibentuk Majelis Nasional Agunf pada tahun 1920. Dalam sidang di Angkara, ia dipilih sebagai ketua. Keputusan-keputusan sidang antara lain;
1.      Kekuasaan tertinggi di tangan rakyat Turki
2.      Majelis Nasional Agung merupakan perwakilan rakyat tertinggi
3.      Majelis Nasional Agung bertugas sebagai badan legislatif dan badan eksekutif.
4.      Majelis Negara yang anggotanya dipilih dari Majelis Nasional Agung akan menjalankan tugas pemerintah.
5.      Ketua Majelis Nasional Agung merangkap sebagai jabatan Ketua Majelis Negara
Demikianlah usaha Mustafa Kemal bersama teman-temanya dari golongan nasioanalis yang selalu bergerak dan perlahan mereka bisa menguasai situasi. Sehingga sekutu terpaksa mengakui mereka sebagai penguasa defacto dan dejure di Turki. Pada tanggal 24 Juli 1923 ditandatanganilah perjanjian Lausanne, dan pemerintahan Mustafa Kemal mendapat pengakuan Internasional,[24] dan pada tangal 11 Agustus 1923 Mustafa Kemal dipilih sebagai Presiden dan Fethi Ali sebagai Perdana Menteri. Dengan ini negara baru Turki berdiri tidak atas dasar dinasti, kerajaan, maupun agama melainkan atas dasar nation (bangsa), rakyat dengan ibu kota ditengah-tengah negara Turki, yakni Ankara.[25]
            Kemudian usahanya untuk memperbaiki Turki, Mustafa Kemal mendapat Inspirasi dari para tokoh Usmani Muda dan Turki Muda yang merupakan produk dari kebijakan reorganisasi yang dicanangkan oleh Sultan Mahmud II.[26] Prinsip-prinsip Fundamental dari kemalisme diterangkan oleh Mustafa Kemal dalam manifestonya yang diumumkna pada tanggal 20 April 1931. Enam prinsip itu terdiri dari Republikanisme, nasionalisme, populisme, etatisme, sekularisme, dan revolusionarisme, diambil oleh partai Republik rakyat, dan dimasukkan dalam konstitusi.[27]
            Langkah pertama yang dilakukan Mustafa Kemal adalah dalam salah satu pidatonya menerangkan bahwa ia menganjurkan untuk mengadakan perubahan dalam diri sendiri. Bangsa yang terus menerus bangsa yang berpegang teguh pada pemikiran dan tradisi yang using tidak akan dapat mempertahankan wujudnya. Masyarakat Turki harus di ubah menjadi masyarakat yang mempunyai peradaban barat, dan segala kegiatan reaksioner harus dihancurkan. Di dalam Piagam Nasional tahun 1920 disebutkan bahwa Turki melepaskan tuntutan territorial terhadap daerah-daerah yang dahulu terletak di bawah Kekuasaan Kerajaan kecuali daerah yang didalamnya terdapat mayoritas Turki.karena ide nasionalisme  Mustafa Kemal adalah ide nasionalisme Turki yang terbatas geografinyanya dan bukan nasionalisme yang luas.[28]
Berikut pembaharuan-pembaharuan Mustafa Kemal;
1.      Terhadap bentuk negara. negara harus dipisahkan dengan agama.
2.      Pada sidang majelis nasional agung pada tahun 1922 mustafa Kemal menjelaskan mengenai jabatan khalifah dan sultan dalam sejarah itu terpisah. (Memisahkan kedudukan sultan dan khalifah) yang akhirnya berujung kepada penghapusan sultan dan mempethankan khalifah.
3.      Amandemen terhadap konstitusi 1921, dengan keputusan Turki adalah negara republic dan agam negara adalah Islam. Itu artinya Turki belum sepenuhnya negara sekuler
4.      Penghapusan jabata khalifah pada 3 maret 1924
5.      Karena dalam konstitusi 1921 yang berisikan bahwa agama negara adalah Islam. Usaha Mustafa Kemal adalh menghapus artikel 2 dalam konstitusi 1921.
6.      Mengahpus institusi keagamaan yang ada dalam pemerintahan. Dan pada tahun 1924 biro syaikh al-Islam dihapuskan berikut kementrian syariat. Hukum syariat dgantikan dengan hukum swiss, perkawinan dilakukan bukan lagi menurut syariat tetapi menurut hukum sipil, dan wnaita di beri hak cerai yang sama dengan kaum pria. Kemudian ditambahkan dengan adanya hukum baru seperti hukum dagang, hukum pidana,hukum laut dan hukum obligasi[29]
7.      Pada tahun 1924 dikeluarkan undang-undang penyatuan pendidikan, artinya seluruh sekolah diletakkan dibawah kemetrian pendidikan. Madrasah ditutup diganti dengan sekolah-sekoalh yang akan membina imam dan khatib
8.      Pada tahun 1928 negara tidak ada lagi hubungannya dengan agama. Sembilan tahun kemudian yakni pada tahun 1937, Turki resmi menjadi sebagai negara sekuler.[30]
D. Turki pasca Mustafa Kemal
            Turki pasca pemerintahan Mustafa Kemal, lebih tepatnya pasca Mustafa Kemal meninggal pada tahun 1938. Pada awalnya system pemerintahan sekuler yang dibentuk oleh Mustafa Kemal masih tetap dijalankan oleh pengikutnya, namun karena Islam sudah begitu mengakar di masyarakat Turki, sehingga tidak bisa di elakkan gerakan-gerakan kembali kepada agama muncul kembali di Turki.  Usaha mereka pun berhasil itu dibuktikan dengan dimasukannya kembali pendidikan agama ke dalam kurikulum sekolah-sekolah di tahun 1949. Setahun kemudian fakultas ilahiyat yang di canangkan oleh Mustafa Kemal di rubah menjadi institut studi Islam, dan mulai tahun1950 orang-orang Turki diperbolehkan untuk menunaikan haji ke Mekkah. Serta tarekat yang selama ini tersembunyi sudah mulai muncul dan berani menonjolkan diri. Begitu juga dengan Islam dalam urusan partai, Islam kembali masuk ikut serta dalam hal politik.[31]
            Kalau dilihat dari perubahan-perubahan yang dilakukan mustfa Kemal, sebenarnya ia tidak ingin mengilangkan agama Islam dari masyarakat Turki, sama sekali tidak ada maksud untuk begitu. Namun ia hanya menghendaki untuk menghilangkan keikutsertaannya agama dalam hal politik dan pemerintahan. Sepeninggalnya Mustafa Kemal pada tahun 1938, jabatan Presiden dipegang oleh Ismet Inonu yang hamper menjadi orang yang diktaktor. Setelah perang berkahir, sebuah partai oposisi, yakni partai Demokrat, dibolehkan berdiri di bawah kepemimpinan Celal Bayar, matan Perdana Menteri.
            Perubahan-perubahan yang terjadi pasca Mustafa Kemal diantara lain:
1.      disahkannya Konstitusi 1961 itu artinya Konstitusi 1921 telah diamandemen.
2.      Hubungan Internasional, pada dulunya Turki mencurigai negara-negara yang menang perang dan secara resmi Turki bersahabat dengan Uni soviet.
3.      Pendidikan, sistem pendidikan sangat terpusat, kurikulum, buku bacaan dan penempatan guru daitentukan oleh Ankara.
4.      Agama, Turki tidak mempunyai agama resmi dan Konstitusi menjamin kebebasan beribadah.[32]
E. Penutup
Jika dilihat dari usaha-usaha sekulrisasinya terhadap Turki, nampaknya Mustafa Kemal telah berhasil mewujudkan Turki sebagi negara sekuler. Tetapi meskipun begitu, apa yang diciptakan Mustafa Kemal belumlah negara yang betul-betul sekuler. Karena Mustafa Kemal masih mengurus soal agama. melalui departemen urusan agama, sekolah-sekolah pemerintah untuk imam dan khatib, dan menambah Fakultas Ilahiyyat dari Perguruan Tinggi Negara, Universitas Istanbul. Sebagai seorang nasionalis dan pengagum dari peradaban Barat ia tidaklah menentang Islam. Karena menurutnya Islam adalah agama yang rasional yang perlu bagi umat manusia. Tetapi agama rasional itu telah dirusak oleh tangan manusia. Oleh sebab itu ia melihat perlu diadakannya pembahruan dalam agama.
Ia tidak bermaksud untuk menghilangkan agama. Melainkan ia hanya tidak ingin golongan ulama ikut serta dalam hal Negara dan politik. Oleh sebab itu ia menolak jika partai politik berdiri atas dasar agama, baik Islam, Kristen dan sebagainya.

Daftar Pustaka
Ali , H.A. Mukti. Islam dan Sekularisme di Turki Modern. Jakarta: Djambatan, 1994
Asmuni, H.M. Yusran, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1995
Mughni, Syafiq A. sejarah Kebudayaan Islam di Turki, Jakarta: Logos 1997
Nasution, Harun. Pembaharuan dalam Islam: Sejarah pemikiran dan Gerakan, cet 14 Jakarta: Bulan Bintang, 2011
Stoddard, Lothrop. Dunia Baru Islam (The New World of Islam), Jakarta 1 januari 1966




[1] H.M. Yusran Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1995), h. 29, namun dalam buku pak Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah pemikiran dan Gerakan, lebih memilih untuk menggunakan istilah Barat, Islam dan Nasionalis  untuk menjelaskantiga aliran tersebut.
[2] H.M. Yusran Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam, h. 29
[3] Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah pemikiran dan Gerakan, cet 14 (Jakarta: Bulan Bintang, 2011), h. 81
[4] Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah pemikiran dan Gerakan, h. 119
[5] H.M. Yusran Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam, h. 29
[6] Millet berasal dari kata Arab millah yang mengandung arti keyakinan dan agama.  
[7]  Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah pemikiran dan Gerakan, h. 119
[8] Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah pemikiran dan Gerakan, h. 120
[9] Ibid. h. 120
[10] Ibid, h. 121
[11] Nasionalisme adalah suatu keadaan Jiwa (a state of mind). Suatu kepercayaan yang dianut oleh sejumlah besar manusia perorangan, sehingga mereka membentuk “kebangsaan”, nasionalisme adalah rasa kebersamaan golongan (a sense of belonging together) sebagai suatu bangsa. Lihat Lothrop Stoddard, Dunia Baru Islam (The New World of Islam), Jakarta 1 januari 1966, h. 137
[12] Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah pemikiran dan Gerakan, h. 121-122
[13] Ibid, h. 122-123
[14] Ibid, h. 124-132
[15] Ibid, h. 125, 129, 132
[16] Ibid, h. 125, 127, 130, 133
[17] H.A. Mukti Ali, Islam dan Sekularisme di Turki Modern (Jakarta: Djambatan, 1994), h. 72
[18] Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah pemikiran dan Gerakan, h. 145
[19] pabéan/ n instansi (jawatan, kantor) yg mengawasi, memungut, dan mengurus bea masuk (impor) dan bea keluar (ekspor), baik melalui darat, laut, maupun melalui udara; lihat KBBI
[20] H.A. Mukti Ali, Islam dan Sekularisme di Turki Modern, h. 73  
[21] Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah pemikiran dan Gerakan, h. 134
[22] Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah pemikiran dan Gerakan, h. 136
 [23] Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah pemikiran dan Gerakan, h. 138
[24] Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah pemikiran dan Gerakan, h. 138-139
[25] Syafiq A. Mughni, sejarah Kebudayaan Islam di Turki, (Jakarta: Logos 1997), h. 148
[26] Ibid. h. 144
[27] H.A. Mukti Ali, Islam dan Sekularisme di Turki Modern, h 88
[28] Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah pemikiran dan Gerakan, h. 140
[29] surat pinjaman dng bunga tertentu dr pemerintah yg dapat diperjualbelikan lihat KBBI
[30] Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah pemikiran dan Gerakan, h. 140-145
[31] Ibid, h. 145-146
[32] Syafiq A  Mughni, sejarah Kebudayaan Islam di Turki, (Jakarta: Logos 1997), h. 151, 153, 156, 159, dan 160

0 komentar:

Posting Komentar