Responding
Paper
ISLAM
DAN KESETARAAN GENDER
GERAKAN
PEREMPUAN ISLAM DAN PERJUANGAN KETIDAKADILAN GENDER DI MESIR,TURKI, & IRAN
Menanggapi
permasalahan gerakan yang dipelopori oleh kaum perempuan, sekaligus sebagai
respon atas gerakan perempuan dalam Islam dan perjuangan ketidakadilan gender
di Mesir, Turki dan Iran. Jika kita mengulas sejarah perempuan sebelum agama Islam
hadir, nampaknya telah kita ketahui bersama betapa seorang perempuan dianggap
sebagai manusia kedua yang tak perlu dihargai. Misalnya di zaman jahiliyah
bagaimana seorang ayah yang rela membunuh darah dagingnya sendiri hanya karena
anak yang tak berdosa tersebut berkelamin perempuan. Mempunyai anak perempuan
dinilai hanya menimbulkan rasa malu kepada keluarga. Namun, ketika Islam datang
sebuah agama yang membawa sebuah perubahan yang tidak hanya dirasakan oleh
perempuan saja melainkan laki-laki pun masuk kedalamnya, misalnya dihapusnya
perbudakan. Karena budak tidak hanya dari kaum perempuan melainkan dari
laki-laki juga.
Dimasa itu
Islam menjadi penyelamat bagi kaum perempuan, perempuan mulai mendapatkan kedudukan yang sepantasnya mereka dapatkan.
Seperti tidak lagi terancam dibunuh saat ia kecil, kemudian perempuan
mendapatkan haknya dalam pembagian warisan serta tidak takut lagi akan
perbudakan. Memang benar hal yang demikian bahwa islam dimasa itu jika
diumpamakan. Melangkah kepada kehidupan selanjutnya kaum perempuan ingin lebih
dianggap lagi. Itu disebabkan karena
perempuan masih merasa menjadi manusia kedua misalnya dalam hukum waris
perempuan mendapat bagian yang lebih sedikit dari pada laki-laki, yang lebih
ekstrim lagi perempuan merasa tidak adil kenapa hanya laki-laki yang menjadi
pemimpin Negara, tidak hanya itu kali ini perempuan merasa dirinya mampu
menjadi imam dalam shalat-shalat yang berjamaahkan laki-laki maupun perempuan. Persoalan
yang manyangkut status dan perlakuan syariah terhadap perempuan di dunia islam
telah mendapat perhatian sangat luas, baik dari kalangan insider (muslim
sendiri) ataupun outsider (sarjana-sarjana barat). Hal ini bermula dari
fakta yang ada bahwa perempuan masih belum berstatus penuh dibandingkan
laki-laki yang kemudian berakibat perempuan masih sering termarginalkan dalam
berbagai sektor kehidupan.[1]
Perempuan
mulai membentuk sebuah gerakan-gerekan untuk mencapinya status yang sama dengan
laki-laki. Seperti pada tema kali ini yang mengambil sebuah gerakan perempuan
yang berada di Mesir, Turki dan Iran. Gerekan perempuan Mesir mempunyai akar historis
yang panjang dan dimensi gerakan yang kompleks. Dimulai sejak akhir abad 19,
sampai sekarang ini gerakan perempuan mesir masih memiliki gema yang luas lebih
dari itu sekarang ini gerakan perempuan di Mesir telah menjadi salah satu
wacana yang menjadi bahan perdebatan. Mengenai kemunculan awal gerakan
perempuan di Mesir tidak ditemukan kesepakatan di kalangan para ahli kapan
sebenarnya gerakan feminism ini muncul pertama kali. Menurut Azza Karim dari international
Institutr for Democracy, Swedia. Berpendapat bahwa gerakan feminisme Mesir
ditandai oleh munculnya perdebatan di seputar status wanita dalam islam. Dalam
masalah ini Azza merujuk dari buku karya Qasim Amin yang berjudul Tahrir
al-Mar’a sebuah buku yang mengeluarkan seruan tentang aspirasi wanita yang
dikala itu tak terpenuhi.
Thoman Philips menilai lahirnya
feminisme di Mesir bisa dilacak pada akhir abad 19, saat itu untuk kali pertama
majalah wanita al-Fata terbit pada tahun 1892.[2]
Pertanyaan yang muncul mengiringi eksisnya gerakan perempuan mesir yakni, dari
manakah produk gerakan perempuan ini, apakah feminisme itu lahir dari peranakan
kultural bangsa Mesir sendiri atau tidak? Terlepas dari persoalan tersebut,
pada tahun 1919 terjadi kolaborasi antara feminisme dengan nasionalisme yakni memilii suara yang sama, dengan cara
turun ke jalan dan menuntut kemerdekaan Mesir dari Inggris. Sebuah moment
bersatunya feminisme bersatu dengan nasionalisme. Selang setahun dari masa revolusi
tepatnya di tahun 1920, gairah dan semangat feminisme telah menelurkan sebuah
gerakan yang kongkrit dan nyata tidak lagi sebatas gagasan yang abstrak saja.
Yakni berdirinya organisasi perempuan pertama yang didirikan oleh Huda
Sya’rawi, yaitu al-Ittihad al-Nisa’I al-Misri (Persatuan Wanita Mesir).
Sebuah organisasi yang mempunyai agenda yang besar untuk mendorong dan
memperjuangkan perempuan Mesir. Organisasi ini berbuah keberhasilan, wanita di
tahun yang sama organisasi ini berdiri bisa mengenyam pendidikan tingkat
tinggi, dan di tahun 1933 telah banyak perempuan yang tamat dari perguruan
tinggi. Namun keberhasilan ini hanya dapat dinikmati oleh kalangan menengah
keatas.
Gerakan ini pernah mendapatkan
stigma sebagai gerakan wanita yang sekuler-radikal, hal ini disebabkan oleh
hubungan dekatnya petinggi organisasi Huda Sya’rawi dengan aktivis perempuan
Barat-Eropa, terutama Perancis. Ditambah dengan aksi Sya’rawi dan Saiza Nabawi
membuka dan membuang tutup muka mereka didepan publik yang berada di Station
kereta api Kairo selepas mengikuti koferensi Internaional Wanita di Roma,
Italia. Akibatnya banyak yang menilai bahwa memang benar gerakan perempuan
Mesir selama ini bukanlah buah asli dari bangsa Mesir dan merupakan “barang
impor” dari Barat. Pasca konflik interen ini banyak dari anggota organisasi
menyatakan keluar dari organisasi yang didirikan oleh Huda tersebut dan mereka
membentuk gerakan wanita baru “Masyarakat Wanita Islam” yang di tokohi oleh
Zainab al-Ghazali. Di tahun 1944, nikmat Rasyid mendirikan “Partai Wanita
Nasional” dengan misi memperkuat status sosial, dan meningkatkan tarap
kehidupan perekonomian wanita. Kemudian pada tahun 1948, Doriak Safik,
mendirikan organisasi baru “Persatuan Anak Perempuan Sungai Nil”, Bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak
perempuan.[3]
Beralih ke Iran, kondisi perempuan
di Iran melawan ketidakadilan gender dibawah kekuasaan islam fundamentalis.
Untuk menggambarkan kondisi perempuan di Iran, kita bisa lihat bagaimana
kondisi perempuan prarevolusi Iran dan pascarevolusi Iran. Pada masa
prarevolusi, perjuangan keras aktivis telah membawa hasil dengan munculnya
kebajikan-kebajikan Negara yang memberikan kesempaan kepada kaum perempuan
untuk mendapatkan akses yang sama dengan laki-laki di bidang pendidikan,
ekonomi, maupun politik. Namun pada masa pascarevolusi usaha mereka kandas
ketika kaum fundamentalis yang reaksioner naik ke kursi kekuasaan. Lagi-lagi
perempuan harus kembali menangisi nasibnya terbelenggu dalam ideology yang
fundamentalis yang memenjarakannya.[4]
Jelasnya perempuan Iran pada masa
Shah (masa pembebasan), walaupun pahlevi dikenal sebagai rezim otoriter yang
menyebabkan Iran mengalami penindasan di berbagau sektor kehidupan baik sosial,
ekonomi, maupun politik. namun, dalam hal hak-hak perempuan, Shah memiliki
kebijakan yang spesifik. Yakni: penghapusan jilbab artinya perempua dibolehkan
untuk tidak memakai jilbabnya di tempat-tempat umum, yang berlaku di tahun
1935. Kemudian, setiap tahun 7 Januari dimulai dari tahun 1937, ditetapkan
sebagai hari perempuan Iran. Tahun 1938, perempuan untuk kali pertama diterima di
Universitas Teheran. Dan di tahun 1958, Shah mengorganisasikan munculnya High
Council of Women, yang kemudian beralih nama menjadi Women’s Organization of
Iran (WOI).
Dari aksi yang dilakukan oleh Shah
melahirkan anggapan bahwa semua aksi yang dilakukan oleh Shah radikal dan
bertentangan dengan Islam. Pada bulan januari 1963, Shah menentukan enam poin
yang diperlukan untuk meningkatkan harkat perempuan.. salah satu poinnya adalah
memberikan hak pilih kepada perempuan. Ditahun 1967 perempuan berhak menjadi
hakim, tentara atau polisi serta banyak lagi kebijakan Shah yang mencoba
meningkatkan kondisi perempuan agar ia memiliki posisi yang setara dengan
laki-laki. Berbeda dengan prarevolusi dengan pascarevolusi, pascarevolusi
adalah masa perempuan kembali terbelenggu lebih tepatnya adalah setelah
Khomeini menduduki kekuasaan, kembalinya dikibarkannya ideology fundamentalis dan merasuk ke dalam
kebijakan politiknya. Kemudian ada beberapa kebijakan yang akhirnya berimplikasi
kepada termarginalkannya kembali kaum perempuan. Berikut beberapa kebijakan
khomaeni yang mengarah kepada ketidaksamaan jender. Misalnya, pada pasa 163
konstitusi Islam memaklumkan bahwa perempuan tidak boleh menjadi hakim. Sebagai
akibatnya semua hakim perempuan dipecat dari jabatannya dan sejak saat itu
tepatnya maret 1979 fakultas hukum, tertutup bagi pendaftar perempuan.
Kebijakan selanjutnya adalah mencabut
Undang-Undang perlindungan keluarga yang mengatur pemberantasan poligami
dan hak yang sama bagi laki-laki dan perempuan untuk bercerai, dan pemberian
hak pengasugan anak kepada ayah. Pada bulan Februari 1979. Di Rezim khomaeini
ini dibuka pintu selebar-lebarnya untuk berpoligami dan tidak ada batasan usia
ideal untuk melangsungkan pernikahan. Dengan adanya kebijakan tersebut sehingga
istri tidak mempunyai kekuatan legal untuk melarang suaminya mengambil istri
orang lain.
Pada akhirnya seorang perempuan yang
dulunya di rezim Shah mendapatkan kehormatan menjadi menteri pendidikan
perempuan pertama harus dieksekusi karena khomaeni beranggapan bahwa perempuan
tersebut telah menyebarkan korupsi ke bumi. Usaha-usaha untuk memarjinalkan
perempuan dari muka publik terus digulirkan. Sehingga pada puncaknya pada bulan
April 1980, universitas ditutup untuk jangka waktu yang tidak terbatas bagi perempuan.
Dengan demikian berakhirlah perjuangan-perjuangan kaum perempuan untuk
mendapatkan kedudukan yang sama dengan laki-laki bahkan dalam bidang pendidikan
sekalipun.[5]
[1] Mohammad Abdun Nasir, Quo Vadis Feminisme Timur Tengah (Dilema
Gerakan Wanita di Mesir, Team Pusat Studi Wanita IAIN Mataram, h. 15
[2] Mohammad Abdun Nasir, Quo Vadis Feminisme Timur Tengah, h. 17
[3] Mohammad Abdun Nasir, Quo
Vadis Feminisme Timur Tengah, h. 19
[4] Ida Rosyidah, Dari
Belenggu ke Belenggu : Perempuan Iran Pascarevolusi, Jurnal Harkat vol 8 no 2,
april 2008. H. 81
[5] Ida Rosyidah, Dari
Belenggu ke Belenggu, h. 82. 88, 93 dan 96
1 komentar:
The casino is rigged at random for gamblers and their
It is an 수원 출장샵 unregulated gaming website and does not have 군산 출장샵 the highest level of 성남 출장마사지 control. If the players do 성남 출장마사지 not have enough space in their 정읍 출장마사지 house or place of
Posting Komentar