Kamis, 29 September 2011

belajar

A. Pendahuluan
            Konsepsi-konsepsi tentang kehidupan dan dunia yang kita sebut dengan  “filosofis” dihasilkan oleh dua faktor: pertama,konsepsi-konsepsi relegius dan etis warisan. Kedua, semacam penelitian yang bisa disebut dengan “Ilmiah” dalam pengertian yang luas. Dari kedua faktor ini mempengaruhi sistem-sistem yang dibuat oleh para filosof secara perseorangan dalam proporsi yang berbeda-beda, tetapi kedua faktor inilah yang sampai batas-batas tertentu, mencirikan filsafat.[1]
            Pythagoras mengatakan bahwa filsafat bukan semata-mata membicarakan kontemplasi (pemikiran) terhadap kosmos (alam semesta), melainkan jalan keselamatan hidup. Tujuan hidup bagi pythagoras adalah membebaskan jiwa dari keterbelengguan badani menuju keselamatan (bersatu kembali dengan jiwa alam semesta). Semakin kita memikirkan orang lain kita akan semakin mendekati kesejatian individu/ subjek menurut Pythagoras adalah maya. [2]

B. Pythagoras dan aliran-aliranya

Pythagoras seorang ahli pikir dari Yunani tepatnya di kepulauan Samos atau disebut dengan sang maha guru Filsafat angka. Untuk mempelajari alam pikiran orang Miletos kepulauan Samos (Pythagoras) seolah-olah kita harus meninggalkan yang namanya dunia kebendaan (Material World) ke dunia khayal dan cipta (The World Mind).[3]
Saat mendengar nama Pythagoras pasti sering dikaitan dengan teori segitiga Pytagoras atau teorema Pythagoras. Karena dalil yang ditemukan oleh Pythagoras sehingga nama Pythagoras sangat familiar bagi pendengar. Padahal teori yang ia temukan itu hanya dari salah satu dari teori-teori yang disusun Pythagoras beserta pengikutnya.  
            Pythagoras lahir pada tahun 580 SM di pulau Samos. Berayah seorang pedagang dari kota  Tirus, Phoenicia, sekarang bernama kota Sur, masuk wilayah Libanon, yang bernama Mnesarchus dan ibu asli Samos yang bernama Pythais. Kelahiran pythagoras yang kelak ia akan menjadi orang yang tersohor sepanjang zaman jauh hari telah di nujumkan oleh seorang pendeta Yunani di kuil Apollo, kota Delhi, ternyata menjadi sebuah kenyataan yang tidak dipungkiri kebenarannya.
Oleh ayahnya Pythagoras diserahkan kepada Creophilus untuk diberikan pendidikan secara khusus. Guru Creophilus mengakui bahwa Pythagoras mempunyai pesona dari sorga dan memiliki kecerdasan yang luar biasa. Sebagaiman putra-putri Yunani terdidik, Pythagoras pun mempelajari karya-karya sastra, puisi, dan bermain musik. Setelah lulus pendidikan dari Creophilus, ia melanjutkan studynya kepada Pherekydes, dari guru keduanya ini Pythagoras mendapatkan banyak bekal mengenai filsafat, mistik, dan mitologi. Dari Pherekydes pula ia mendapatkan pelajaran tentang hubungan jiwa dan tubuh. Pherekydes mengatakan, “Ada lubang-lubang di tubuh yang menyebabkan jiwa bisa berpindah, karenanya wahai Pythagoras belajarlah memurnikan jiwa dengan hidup seimbang.
Pythagoras selanjutnya berguru kepada Thales atas rujukan dari guru pertamanya  Creophilus untuk belajar pada Thales sang bapak filsafat alam. Namun karena usia Thales yang sudah lanjut usia sekitar 63 tahun dan digantikan oleh Anaximander. Walaupun sehari-hari tidak bertugas mengajar, namun Thales bersedia memberikan pelajaran pada Pythagoras secara khusus, selain juga tetap mengikuti pelajaran yang diberikan Anaximander. “jadi kamu ini dari Samos untuk belajar matematika. Dengan senang hati aku akan mengajarimu, matematika memang menyangkut kebenaran hakiki, tak ada yang lepas dari matematika, setiap tarikan nafasmu, bahkan setiap detak jantungmu adalah irama matematika,” papar guru Thales.
Dan dari Anaximander Pythagoras belajar geometri dan kosmologi. “geometri selalu menghasilkan gedung-gedung megah karena geometri sendiri pun begitu megah” kata Anaximander. (seorang yang dikenal sebagai tokoh pertama yang menggambarkan peta dunia).      
Dari thales Pythagoras di anjurkan untuk belajar ke mesir namun ketika itu mesir mendapat serangan dari Persia dan Polykrates seoarang penguasa Samos, yang sebelumnya berhubungan baik dengan Mesir  mengirim 40 kapal perang untuk membantu serangan Persia terhadap Mesir. Selanjutnya Pythagoras berangkat dan mengembara kesuluruh dunia Greek. Akhirnya ia sampai di sebelah selatan penanjung Italia tempat orang Greek mencari tempat kediaman. Dan pada tahun 530 SM, ia menetap di Kroton.
Di kota tersebut ia mendirikan sebuah perkumpulan agama, yang disebut kaum Pythagorean yang akhirnya menjadi sebuah tarekat. Yang hidupnya menyisihkan diri dari kehidupan masyarakat dan selalu menlanjutkan amal ibadat. Banyak keterangan menyebutkan bahwa Pythagoras terpengaruh oleh aliran mistik yang saat itu berkembang di Yunani, yang bernama Orfisisme.[4]

C. Filsafat Manusia
            menurut kepercayaan Pythagoras manusia itu asalnya Tuhan. Jiwa itu adalah penjelmaan Tuhan yang jatuh kedunia karena berdosa. Dan ia akan kembali ke lingkungan tuhan semula, apabila sudah habis dicuci dosanya. Hidup murni adalah jalan untuk menghapus dosanya itu . Tapi prosesnya tidak tercapai sekaligus, melainkan dengan berangsunr-angsur. Sebab jiwa itu berulang-ulang turun ke tubuh makhluk terlebih dahulu. Dengan jalan begitu dari setingkat ke tingkat ia mencapai kemurnian. Untuk mencapai hidup orang harus mematangkan daging dan kacang. Menurut kepecayaan itu Pythagoras menjadi penganjur vegetarian memakan sayur-mayur dan buah-buahan saja.
            Hidup dunia ini menurut paham Pythagoras adalah persediaan buat akhirat. Sebab itu semula dari sini dikerjakan hidup untuk hari kemudian. [5] dan pythagoras percaya bahwa jiwa itu terbuat dari tiga bagian penting : alasan, emosi, dan kecerdasan.[6]
            Jiwa dalam aliran Pythagoras lebih di minati, pendapat mereka mengenai jiwa dapat dilihat dari dua sumber:
a.    menurut tradisi, jiwa di pandang sebagai bagian yang selamanya ada. Jiwa berada di badan, tetapi sama sekali sama sekali tidak mempunyai hubungan dengan badan. Adanya jiwa di dalam badan itu hanya untuk sementara waktu karena mendapat hukuman. Dan kewajiban manusia adalah untuk melepas jiwa dari badan.[7] Dan cara untuk melepas jiwa dari badan adalah dengan penyucian dengan menjauhkan diri dari kesukaan badan. Dan selama masa penyucian itu belum sempurna, maka jiwa akan mendapat hukuman dengan terus berpindah dari badan ke badan yang lain (inkarnasi).
Dikaiarchos mengutarakan bahwa Pythagoras mengajarkan “pertama, bahwa jiwa adalah sesuatu yang berdiri sendiri, yang tidak berjasad serta tidak dapat mati[8], namun jiwa itu berubah menjadi jenis-jenis makhluk hidup lain. Kemudian apa pun yang bereksistensi dilahirkan menurut perputaran siklus tertentu, sehingga tak ada sesuatu pun yang benar-banar baru, dan segala sesuatu yang dilahirkan dengan di sertai kehidupan di dalamnya harus dianggap berasal dar satu sumber.”[9]
b.Dengan mempergunakan prinsip keharmonisan dalam setiap barang yang ada, maka dia ajarkan bahwa jiwa tak lain dan tak bukan kecuali “harmoni”  dari badan. Dapatkah harmonia dari suatu gitar di pisahkan dari dawai-dawai yang tertentu? Tidak ! demikian juga jiwa manusia sama sekali tidak bisa di pisahkan dari badan[10].
          Keluhuran jiwa di akui meskipun pandangan dari lain sudut memberi kebimbangan. Namun kesatuan jiwa dan badan masih harus dicarai. Semuanya ini memperlihatkan bahwa pikiran pythagoras tentang manusia belum sempurna, mengandung pertentangan-pertengan.[11]
D. Filsafat Alam
            Pemikir filsuf alam lain adalah Phythagoras. Phytagoras adalah seorang filsuf yang percaya bahwa jagad raya ini diciptakan dengan bilangan-bilangan. Sekali lagi ini merupakan pemikiran yang bagi kita yang sudah terbiasa dalam pola pikir yang materialistis merupakan pemikiran membingungkan. Namun penjelasan Phytagoras ini adalah penjelasan yang menarik.Dia menganggap bahwa alam semesta diciptakan oleh bilangan. Dia menggambarkan sebagai penciptaan sebagaimana penciptaan musik dari sebuah alat musik. Sebuah musik atau sebuah lagu diciptakan dari kumpulan nada-nada. Diciptakan dari susunan-susunan itu sehingga alam semesta ini harmonis.[12]
            Seluruh kenyataan di dalam dunia disusun dari bilangan-bilangan dan mewujudkan suatu keselarasan yang harmonis, yang memperdamaikan segala hal-hal yang saling berlawanan. Menurut pythagoras ada asas yang saling berlawanan, yaitu: terbatas – tidak terbatas, ganjil – genap, satu – banyak, kanan – kiri, lelaki – perempuan, diam – gerakan, lurus – bengko, terang – gelap, baik –jahat, persegi – bulat panjang. Bilangan 10 baginya adalah suci. Jagat raya terdiri 10badan langit yang beredar mengelilngi api sentral, dengan kecepatan yang tinggi sehingga masing-masing mengeluakan suaranya, yang sesuai dengan suara satu nada. Akan tetapi oleh karena manusia telah biasa akan bunyi suara itu tidak didengarnya. Sepuluh badan itu adalah : kontra bumi, bulan, bulan, matahari, kelima planet: merkurius, venus, mars, yupiter, dan saturnus, dan akhirnya langit dengan bintang tetap.[13]
            Pythagoras menambahkan suatu unsur yang pengting dalam kefilsafahan mengenai alam, karena ia berusaha menjelaskan mengapa sampai terdapat perbedaan-perbedaan kualitatif di dunia ini. Karena ia benar-benar menguasai ilmu ukur, maka menueut pendapatnya, perbedaan-perbedaan kualitatif yang ada seseungguhnya merupakan akibat dari perbedaan dalam struktur geometri. Salah satu konsekuensi pandangan seperti ini ialah, orang tidak perlu berbicara mengenaii substansi-substansi terdalam untuk memberikan penjelasan mengenai perbedaan-perbedaan tadi. Melainkan cukup berbicara tentang bentuk ata struktur geometri.[14]
Pythagoras percaya bahwa seluruh fenomena alam dapat dijelaskan melalui istilah yang terdapat pada bilangan yang saling berkaitan. Dengan kata lain, bilangan ditempatkan sebagai penanda alam atau simbol. Bilangan enam misalnya, selain dianggap bilangan sempurna, juga dianggap memiliki nilai mistis. Pada bidang matematika, apa yang dimaksud dengan bilangan sempurna adalah bilangan yang apabila faktor-faktornya dijumlahkan hasilnya sama dengan bilangan itu sendiri. Misalnya bilangan 6, faktor-faktornya adalah 1,2 dan 3, dan apabila dijumlahkan (1+2+3) hasilnya akan sama dengan 6. Bilangan sempurna seperti angka enam tersebut selain memiliki nilai mistis, dipercaya sebagai simbol keseimbangan. Pandangan Phytagoras mengungkapkan bahwa harmoni terjadi berkat angka. Bila segala hal adalah angka, maka hal ini tidak saja berarti bahwa segalanya bisa dihitung, dinilai dan diukur dengan angka dalam hubungan yang proporsional dan teratur, melainkan berkat angka-angka itu segala sesuatu menjadi harmonis, seimbang. Dengan kata lain tata tertib terjadi melalui angka-angka.[15]

E. Filsafat matematika
            selain dari ahali mistik Pythagoras juga seorang yang ahali pikir. Terutama dalam dalam ilmu Matematika dan ilmu berhitung tersohor.banyak pengertian-pengertian yang mendalam berasal dari dia. Dialah yang penggagas pertama teori dari hal angka-angka yang menjadi dasar menghitung.
            Falsafah pemikirannya banyak di ilhami oleh rahasia angka-angka dan ia beranggapan bahwa hakikat dari segala sesuatu adalah angka. Karena benda dengan benda yang lain di batasi oleh angka, dan kita menentukan segala sesuatu dengan batas, bentuk, dan angka dalam pengertian sesuatu yang sama. Dunia angka adalah dunia kepastian, dan dunia yang erat hubungannya dengan dunia bentuk. Ilmu angka dan ilmu bentuk adalah satu-satunya ilmu pasti (Pure Mathematics).[16]
            Dalam ilmu kalam dan Teologi zaman pertengahan pikiran secara  Pythagoras sangat berpengaruh sehingga pembuktian terhadap Tuhanpun didasarkan kepada logika dan ilmu pasti. Cara berpikir demikian itu berdasarkan ilmu ukur atau ilmu pasti yang tidak mungkin kebenaranya dalam kehidupan nyata. Kata-kata Pythagoras, bahwa : “all things are number”,  tampak seolah-olah nonsense dan omong kosong belaka, akan tetapi justru ajaran itulah yang menjadi segala pokok ilmu hakikat, ilmu pasti, teology, dan tasawuf.
            Dari pemaparan diatas dapat dilihat kecakapan Pythagoras dalam ilmu matematika yang mempengaruhi pemikiran filsafatnya. Sehingga segala keadaan ia lihat dari angka-angka. Angka adalah asal dari segalanya dan macam perhubungan  dapat dilihat dari angka.
            Dengan mengerti angka menurut Pythagoras kita dapat mengerti kenyataan. Jadi bilangan itu menjadi prinsip pengertian. Dalam pandangan Pythagoras, pengertian itu adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari penyucian jiwa. Dengan demikian, pikiran dan perbuatan, tidak di pisah-pisahkan.[17] 
            Pengetahuan matematika tampil dengan sifatnya yang pasti, eksak, dan bisa di terapkan pada dunia nyata, selain itu pengetahuan tadi di peroleh lewat pemikiran murni, tanpa melakukan observasi. Akibatnya, matematika dianggap mewakali ideal, yang karena itu pengetahuan empiris sehari-hari dinilai rendah. Berdasarkan matematika, muncul anggapan bahwa pikiran lebih utama daripada indera, dan intuisi (ilham) lebih unggul daripada obsevasi. Sehingga jika dunia indrawi tidak sesuai dengan matematika maka yang di persalahkan adalah indrawi.[18] Dan Pythagoras mengatakan bahwa matematika adalah sumber utama kepercayaan terhadap kebenaran yang eksak dan abadi, maupun terhadap dunia penalaran yang adi-indrawi. Bagi Pythagoras, kenyataan adalah adanya kesatuan-kesatuan (titik-titik), yang satu dengan lainya mempunyai sifat-sifat yang sama, yang dapat dikumpulkan menjadi bermacam-macam bentuk.[19]
Namun kalau menurut aristoteles, bilangan merupakan juga “dhat” dari segala sesuatu. Artinya, bilangan-bilangan bukanlah merupakan perbandingan-perbandingan yang abstrak, tetapi terkumpulnya kesatuan-kesatuan yang nyata.[20]

F. Kesimpulan
Pythagoras dan murid-muridnya percaya bahwa segala sesuatu di dunia ini berhubungan denganmatematika, dan merasa bahwa segalanya dapat diprediksikan dan diukur dalam siklus beritme. Ia percaya keindahan matematika disebabkan segala fenomena alam dapat dinyatakan dalam bilangan-bilangan atau perbandingan bilangan.
Dan mereka yakin bahwa jiwa itu akan selalu berpindah atau inkarnasi selama jiwa kita belum selesai masa penyucian. Namun yang paling dikenal dari sosok pitagoras beserta muridnya adalah dari penemuan dalil atau teorema pythagoras. Yang digunakan dari sejak dulu hingga zaman modern ini.  Untuk itu pyhagoras menganjurkan pola hidup vegetarian dalam masa penyucian jiwa.

















DAFTAR PUSTAKA

A. Epping O.F.M.dkk. ` Filsafat Ensie. Bandung: Jemmars Bandung, 1993
A. Sudiarja, dkk. Karya Lengkap Driyarkara (Esai-Esai Pemikir Yang Terlibat Penuh Dalam Perjuangan Bangsanya).  Jakarta: PT gramedia pustaka indah, 2006
Hadiwijono , Harun. Sari Sejarah Filsafat Barat 1. Yogyakarta: Kanisius, 2001
Karaminendes, Dimitra. Pythagoras: Pioneering Mathematician And Musical Theorist Of Ancient Greece. New York: The rossen publishing group, 2006
Kattsoff, Loui O. Pengantar Filsafat . Penerjemah Soejino Soemargono.. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2004
Russell, Bertrand. Sejarah filsafat barat, (kaitannya dengan kondisi sosio-politik zaman kuno hingga sekarang). Penerjemah: Sigit Jatmiko, dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007. Cet, III. 
 Syadal, Ahmad i,  dan  Mudzakir. Filsafat Umum. Bandung: Pustaks Setia 2004



1. Bertrand Russell. Sejarah filsafat barat, (kaitannya dengan kondisi sosio-politik zaman kuno hingga sekarang). Penerjemah: Sigit Jatmiko, dkk.(yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007). Cet, III. 

                2.
3. Drs. H, Ahmad Syadali, M.A. dan Drs. Mudzakir. Filsafat Umum. (Bandung: Pustaks Setia 2004). h. 47
[4] Ibid, h. 48
5. loc. cit
[6]. Dimitra karaminendes. Pythagoras: Pioneering mathematician and musical theorist of ancient greece. ( New York: The rossen publishing group, 2006). h. 55
[7] . Dr. A. Sudiarja, S. J. dkk. Karya Lengkap Driyarkara (Esai-Esai Pemikir Yang Terlibat Penuh Dalam Perjuangan Bangsanya). ( Jakarta: PT gramedia pustaka indah, 2006). h. 1093
[8]. Dr. harun Hadiwijono. Sari Sejarah Filsafat Barat 1. ( yogyakarta: Kanisius, 2001). Cet. 18. h. 19
[9]. Bertrand Russell. Op.cit. h. 43
[10]. Dr. A. Sudiarja, S. J. dkk. Op. cit. h. 1093
[11]. Loc. cit. h. 1094
[13]. Dr. harun Hadiwijono. Op. cit. h.20
[14].  Loui O. Kattsoff. Penerjemah Soejino Soemargono. Pengantar filsafat. (yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2004). Cet. IX. h. 257
[16] Drs. H, Ahmad Syadali, M.A. dan Drs. Mudzakir. Op. cit. h.  50
[17]. Dr. A. Sudiarja, S. J. dkk. Op. Cit . h.1092
[18]. Bertrand Russell. Op.cit. h. 45
[19]. Dr. A. Epping O.F.M.dkk. ` Filsafat Ensie. (bandung: Jemmars Bandung, 1993). H. 78
[20]. Ibid. h. 78

0 komentar:

Posting Komentar